Lihat ke Halaman Asli

Maria Yasinta Deme

accounting lecturer

Gemuruh Riuh Cinta dan Kehidupan

Diperbarui: 9 Juli 2024   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Bagian I: Desiran Pertama

Di kota yang riuh, di antara hiruk-pikuk kehidupan yang tak pernah berhenti, ada dua jiwa yang tak sengaja bertemu. Awan, seorang seniman muda dengan mata sejernih embun pagi, dan Samudra, seorang penulis dengan jiwa sekeras karang yang terkikis ombak. Pertemuan mereka bagai desiran pertama angin musim semi, menyegarkan dan membangkitkan harapan.

Awan, dengan kanvas dan kuasnya, melukiskan keindahan dunia yang tersembunyi di balik lapisan debu kota. Samudra, dengan pena dan kertasnya, merangkai kata-kata menjadi kisah-kisah yang menyentuh hati dan pikiran. Mereka saling melengkapi, bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Cinta mereka tumbuh perlahan, seiring dengan percakapan panjang di bawah langit malam berbintang, tawa lepas di antara lukisan-lukisan Awan, dan diskusi hangat tentang karya-karya Samudra. Mereka menjelajahi kota bersama, menemukan sudut-sudut tersembunyi yang menyimpan pesona tersendiri, dan berbagi mimpi-mimpi besar yang tersimpan rapat di dalam hati.

Bagian II: Badai Kehidupan

Namun, cinta mereka tak selalu berjalan mulus. Badai kehidupan datang menerjang, menguji kekuatan ikatan mereka. Awan, dengan jiwa senimannya yang sensitif, terkadang tenggelam dalam lautan emosi yang meluap-luap. Samudra, dengan sikapnya yang keras kepala, terkadang sulit memahami perasaan Awan yang rapuh.

Pertengkaran kecil mulai muncul, seperti percikan api yang siap membakar hutan. Kecemburuan, ketidakpercayaan, dan perbedaan pendapat menjadi batu sandungan yang menghalangi jalan mereka. Awan merasa Samudra terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, sementara Samudra merasa Awan terlalu menuntut perhatian.

Di tengah badai kehidupan yang mengamuk, cinta mereka terombang-ambing. Awan, dengan hati yang terluka, mulai meragukan perasaan Samudra. Samudra, dengan egonya yang terusik, mulai mempertanyakan apakah cinta mereka masih layak diperjuangkan.

Bagian III: Pelangi Setelah Hujan

Namun, cinta sejati tak mudah padam. Setelah badai reda, pelangi muncul menghiasi langit, menandakan harapan baru. Awan dan Samudra menyadari bahwa cinta mereka lebih besar dari segala perbedaan dan masalah yang mereka hadapi.

Mereka mulai belajar untuk saling memahami dan menghargai. Awan belajar untuk lebih terbuka dan jujur tentang perasaannya, sementara Samudra belajar untuk lebih lembut dan perhatian terhadap kebutuhan Awan. Mereka saling mendukung dalam mengejar mimpi-mimpi mereka, menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi satu sama lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline