Lihat ke Halaman Asli

Maria Yasinta Deme

accounting lecturer

Luka yang Tak Terlihat: Satu Tahun Tanpa Ayah

Diperbarui: 24 Juni 2024   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Setahun telah berlalu sejak kepergian ayah tercinta. Rasanya bagaikan baru kemarin senyum hangatnya menyapa, nasehatnya menggema di telinga, dan pelukannya memberikan rasa aman. Kini, yang tersisa hanyalah kenangan dan luka di hati yang perihnya tak kunjung mereda.

Setiap sudut rumah seolah menyimpan jejak ayah. Kursi favoritnya di ruang tamu masih terasa hangat, baju-baju di lemari masih memancarkan aroma khasnya, dan peralatan kerjanya di gudang masih membangkitkan kenangan tentang tangan-tangan terampilnya.

Rasa kehilangan ini bagaikan jurang yang dalam, menelan utuh kebahagiaan dan kehangatan yang dulu selalu ada. Setiap momen spesial terasa hampa tanpa kehadiran ayah. Hari raya yang dulunya penuh tawa dan canda, kini terasa sunyi dan sendu. Melihat keluarga lain berkumpul dengan ayah mereka, hati ini semakin teriris perih.

Kenangan masa kecil bersama ayah tak henti-hentinya berputar di kepala. Suara tawa dan canda kami saat bermain, rasa bangga saat mendapat pujian darinya, dan pelukan eratnya saat ditimpa masalah, semua itu terasa begitu nyata, namun tak lagi bisa diraih.

Rasa rindu dan penyesalan pun tak henti-hentinya menggerogoti hati. Terkadang, penyesalan karena tak sempat mengucapkan kata-kata cinta terakhir, tak sempat menghabiskan waktu lebih banyak dengannya, dan tak sempat berbakti lebih baik, menjadi momok yang menyiksa.

Namun, di tengah rasa duka yang mendalam, ada secercah kekuatan yang mulai tumbuh. Kenangan indah bersama ayah menjadi sumber kekuatan untuk melangkah maju. Nasihat-nasihatnya yang penuh makna terus terngiang di telinga, mendorong untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Luka di hati ini mungkin takkan pernah sembuh sempurna, namun seiring waktu, semoga lukanya perlahan memudar. Kenangan indah bersama ayah akan selalu tersimpan di dalam hati, menjadi pengingat akan kasih sayang dan pengorbanannya yang tak terhingga.

Kini, yang bisa dilakukan hanyalah terus menjalani hidup dengan penuh tegar. Menghadapi setiap rintangan dengan semangat pantang menyerah, seperti yang diajarkan ayah. Menjaga nama baik keluarga dan meneruskan cita-citanya, menjadi bentuk bakti terbaik untuk mengenangnya.

Meskipun ayah telah tiada, kasih sayangnya akan selalu abadi. Kepergiannya tak memisahkan cinta dan kenangan, namun hanya mengubah cara untuk terus mencintai dan mengenangnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline