Beberapa hari yang lalu pemerintah Australia dengan tegas akan menghentikan ekspor sapi hidup ke Indonesia dengan alasan perlakuan sapi yang akan di sembelih tidak manusiawi. Tapi DPR dan menteri pertanian malah menanggapi "tidak usah khawatir, kita akan swasembada".
Mendengar "kita akan swasembada", yang ada dalam benak pikiran saya adalah "mission impossible" yang sesungguhnya. Ada beberapa alasan, antara lain :
1. Jumlah peternak sapi di Indonesia itu tidak memungkinkan untuk bisa swasembada.
2. Indonesia tidak punya padang rumput, sehingga untuk memberi pakan sapi saja harus cari rumput seharian, apalagi kalau musim kemarau, susahnya bukan main.
3. Sebenarnya, peternak sapi di Indonesia itu tidak ada untungnya.
Saya menulis ini berdasarkan pengalaman saya yang pernah memelihara sapi sejak umur 6 tahun, dari sapi seharga 50-75 ribu (tahun 87/88 ) sampai terakhir kali harga sapi mencapai 5 juta (tahun 97/98 ), itu kalau dihitung dengan benar, sama sekali tidak ada untungnya.
Saat ini harga sapi yg layak konsumsi sekitar 9-11 juta/ekor, untuk anakan ya kira-kira 4-5 jutaan. Sekarang coba dihitung, sejak hamil sampai menjadi sapi anakan paling tidak butuh waktu 18 bulan ( anakan sekita umur 9-10 bulan ) dan itu hanya dihargai 4-5 juta rupiah. Untuk menjadi sapi konsumsi paling tidak butuh waktu 36-40 bulan ( sapi dewasa berumur 2-2,5 tahun ) sejak kehamilan dan itu hanya dihargai 9-11 juta.
Bayangkan, selama 18 bulan kita merawat sapi, mencaikan pakan, bersihkan kandang, dll hanya dihargai 4-5 juta. Pendapatan perbulan hanya sekitar 277 ribu atau hampir 10 ribu/hari ( asumsi sapi dihargai 5 juta ).
Atau selama 36 bulan hanya di hargai 9-11 juta, maka pendapatan per bulan hanya 305 ribu atau hampir sama 10.500/hari ( asumsi sapi dihargai 11 juta ). Artinya sama saja kan???
Meskipun peternak memelihara lebih banyak, hasilnya sama saja karena tenaga yang dibutuhkan juga lebih besar. Saya yakin, 1 orang peternak tidak bakalan mampu memelihara lebih dari 3 ekor sapi. Yakin !!!
Belum lagi kalau musim kemarau, dimana rumput sangat jarang dan dapat dipastikan sapi yang dipelihara hanya tinggal balung dan kulit saja alias kurus-kurus.