Lihat ke Halaman Asli

Merah Putih Memanggil

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Media sosial dan media massa telah merengkut anak - anak kita. Kita tidak mengenali lagi anak - anak kita. popularitas instan ala media sosial telah menjadi alasan mereka untuk mengabaikan nurma - nurma kesopanan. Trending topik menjadi pembenaran untuk melecehkan, menghina dan memfitnah seseorang secara kejam.

Itu semua dapat kita lihat dari trending topik Haji Lulung. Realitanya yang teriak - teriak tidak sopan sambil menunjuk jari saat mediasi adalah Ahok. UPS dibeli tahun 2004 saat DPRD periode ini belum ada, yang beli juga Ahok dan jajarannya. Entah bagaimana manipulasi di bantu media ini, Ahok bisa beropini seolah DPRD periode ini yang korup UPS tahun 2014. Dan masih banyak lagi.

Tetapi semua fakta itu dianggap angin lalu. Justru Haji Lunglung yang ditunjuk tunjuk tidak seopan di bully habis habisan di twitter. Perkara kesalahan penyebutan UPS dengan USB pun di blow up seolah hal yang penting melebihi subtansi APBD2015.

Tidak itu saja, yang lebih menyedihkan, Ibu Haji Lunglung yang tidak ada sangkut pautnya dikatakan menjadi batu. Sangat kejam, memfitnah sekaligus membunuh karakter.

Bahkan Kompas TV membelokkan fakta, kebesaran hati Abraham Lunggana memaafkan pencemoohnya. Dipotong menjadi berita haji Lunglung tidak tahu kalau disindir dan malah bangga menjadi terkenal. Jika media yang harusnya menjadi pencerah anak bangsa justru ikut ikutan menjadi media bully. Apa sebenarnya yang terjadi dengan kompas grup di dalamnya?

Walaupun saya bukan warga betawi, saya menangis melihat realita ini. Jika Haji Lunglung terbukti korupsi silahkan diproses, tetapi bukan dengan mengerahkan orang - orang bayaran untuk memfitnah dan membunuh di media sosial. Saat olok - olok itu menjadi trending topik dunia, harusnya bangsa ini malu bukan justru bangga. Bangsa ini telah memproklamirkan diri menjadi gerombolan pencemooh.

Tentu pihak lawan yang mengerahkan akun bayaran para pencemooh ini harusnya meminta maaf. Orang yang menuding2 di rapat mediasi itulah yang harus diragukan kebersihannya. Bagaimana anda menjelaskan Ahok Center yang memakai anggaran operasional Gubernur? Sudah lupakah mereka dengan relawan yang ambil untung di dana CSR? Sudah lupakah import busway yang melibatkan tim suksesnya, apakah benar kebetulan? Hanya orang bodoh yang masih percaya semua itu bukan sistematika korupsi yang terang benderang.

Jangan biarkan orang - orang itu mengadu domba kita. Para pengadu domba itu sejatinya tidak peduli dengan bangsa ini. Mereka hanya srigala berbulu domba, serba menipu. Adakah Ahok punya urgensi segera menyelesaikan polemik APBD ini walaupun kita tahu DPRD sudah banyak mengalah soal ini?

Setidaknya anda tahu jawabannya ketika Ahok menganggap enteng, serapan rendah APBD do 2013 dan 2014. Orang semacam ini apakah kita percaya dia benar benar peduli pembangunan di DKI, banjir dan macet. Fakta itu lebih dari cukup menjawab siapa sebenarnya Ahok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline