Oleh: Menza Fadiyan Amriel
NIM: 022111133181
Akhir -- akhir ini, Indonesia digemparkan dengan naiknya harga BBM di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini diakibatkan dengan tingginya harga minyak mentah dunia yang sampai pada saat ini masih nyaman berada di atas level US$ 100 per barel. Hal tersebut memicu lonjakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah negara tak terkecuali di Amerika Serikat (AS), Eropa dan juga Asia.
Bila kita bertolak dari sisi pemerintah, mereka memiliki alasan tersendiri dalam hal menaikkan harga Bahan Bakar Minyak. Mereka berpendapat bahwa mereka sebenarnya masih memikirkan nasib dari masyarakat tetapi kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak ialah jalan satu-satunya untuk mengatasi inflasi serta pembengkakan dari APBN untuk subsidi yang selama ini telah diberikan pemerintah untuk kaum masyarakat menengah kebawah.Ditambahkan lagi bahwa Harga BBM ini dinaikan karena alasan minyak dunia sebagai variable terikat minyak yang diimpor oleh Indonesia.
Di Indonesia, harga BBM yang dijual PT Pertamina naik dari harga sebelumnya. Pertalite naik menjadi Rp 7.650 per liter. Harga Pertamax naik menjadi Rp 12.500 per liter di pulau Jawa dan lebih mahal lagi di luar pulau Jawa. Cukup tinggi kenaikannya dibandingkan dengan harga awal yaitu Rp 9.000 per liter. Pertamax Turbo mencapai Rp 14.500 - Rp 14.800 per liter. Begitu pula Pertamina DEX dan Biosolar yang ikut pula harga per liternya.
Harga BBM milik Pertamina itu pun masih jauh lebih rendah ketimbang harga BBM yang dijual oleh kompetitor di Indonesia seperti Shell. Shell Super di banderol sekitar Rp 17.500 per liter, sedangkan Shell V Power sekitar Rp 18.500 per liter.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, jika pemerintah tetap menaikkan harga Pertamax, maka dikhawatirkan dampaknya adanya migrasi. Masyarakat menengah atas yang tadinya menggunakan Pertamax, kemudian beralih menggunakan Pertalite karena disubsidi oleh pemerintah.
Migrasinya penggunaan BBM dari Pertamax ke Pertalite diakibatkan jauhnya rentang harga antara BBM Pertamax dan Pertalite per liternya. Perbedaan sebesar Rp 6.000 sangat terasa bagi pengguna mobil -- mobil yang rata -- rata memiliki kapasitas 30 liter bahan bakar. Terdapat perbedaan harga sebesar Rp 180.000, faktor harga yang cukup mengakibatkan migrasinya pengguna dari Pertamax ke Pertalite.
Untuk menghindari hal tersebut, Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Arya Sinulingga jauh-jauh hari bahkan sudah mengimbau kepada pemilik mobil mewah untuk tidak menggunakan BBM jenis Pertalite. Sebab BBM jenis tersebut, merupakan bahan bakar yang disubsidi langsung oleh pemerintah.
Referensi
https://www.cnbcindonesia.com/market/20220609091733-17-345540/biar-paham-5-faktor-yang-mempengaruhi-harga-bbm-naik-turun
https://lk2fhui.law.ui.ac.id/kenaikan-harga-bahan-bakar-minyak-antara-kesejahteraan-rakyat-dan-kepentingan-pemerintah-semata-2/#:~:text=Dampak%20kenaikan%20BBM%20kepada%20sektor%20lainnya&text=Kenaikan%20inflasi%20terjadi%20karena%20BBM,menurunkan%20subsidi%20sebesar%2057%20triliun.
https://tirto.id/efek-domino-dampak-kenaikan-harga-pertamax-terhadap-perekonomian-gqtD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H