Deru hujan masih menggelora meski tak sederas kemarin malam sementara debat capres masih berlanjut. Volume TV ikut tenggelam di timpa irama hujan yang bersahutan. Mata, telinga tetap stay on TV. Seakan tak mau kehilangan momen menyaksikan Debat Capres. Debat berjalan normatif. Para Paslon saling meluruskan pendapat saat menanggapi maupun. Saling setuju.
Pada sesi tanya jawab, terlihatlah polemik antara setuju dan tidak setuju. Namun masih berjalan kalem. Debat kali ini seperti sarasehan. Saling isi mengisi. Perbedaan itu pasti selalu saja ada. Selanjutnya pilihan diserahkan kepada rakyat untuk memilih pemimpinnya tanpa paksaan, intimidasi, godaan materi maupun tekanan. Khususnya kepada aparat, ASN serta warga negara. Sesaat hujan jeda untuk turun hingga penghujung sesi debat hujan kembali turun mengiringi closing speech dari Capres.
Jutaan mata menyaksikan debat capres mungkin saja ada yang sedikit penasaran tak seperti debat-debat sebelumnya. Hmmm. Harus diakui debat kali ini begitu terukur, terstruktur dan cukup berhati-hati dalam menyampaikan pendapatnya, memang berdebat tak harus beda pendapat namun poin per poin dari materi yang disampaikan oleh Paslon, itulah yang akan dicerna rakyat Indonesia.
Akhirnya saya pun harus mencoba memaknainya sambil mencari personifikasi dari debat capres kali ini dengan gambar seorang anak yang belum sempat diselesaikan oleh anak tersebut yang diabadikan sekitar 10 tahun lalu. Pada gambar tersebut rumah, hewan, tumbuhan dan manusia serta berlatar mentari memperlihatkan harmoninya. Itulah perbedaan yang dilihat dari sudut pandang yang menilainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H