Di angkasa nan cerah terlukislah warna-warna indah yang selalu mempesona. Memandanginya hingga ke ujung horizon, terbentanglah masa - masa kecil sebelum jaringan nirkabel memenuhi arus gelombang angkasa yang tak kasat mata. Ya, memang, memandang ke langit biru merupakan salah satu hiburan dari anak-anak kecil pada masa silam. Kehadirannya membuat riuh seketika, semuanya bersorak-sorai.
Betapa bahagia, mereka lepaskan dalam pekiknya sambil melompat dan melambai-lambaikan tangan. "Kapal terbang, kapal terbang,kapal terbang". Pekik sekelompok anak. Begitu setiap benda itu melesat ke angkasa, maka tersugesti untuk menyambutnya. Demikian halnya kami yang hidup pada masa itu.
Kapal terbang adalah pesawat terbang itu sendiri. Transportasi udara. Pada masa itu, anak-anak seusia kami tak terbiasa menyebutnya dengan istilah pesawat terbang, mungkin karena kami selalu diperdengarkan dengan istilah kapal terbang dari orangtua dan pendahulu kami. Dan hal yang paling tak terlupakan ketika benda itu melintasi, kami bersorak "bapak,bapak, bapak". Pada masa itu Bapak kami sedang berdinas ke daerah lain dengan berpesawat. Garuda adalah pesawat yang selalu beliau tumpangi saat berdinas. Kerinduan akan bapak terlampiaskan saat kami memandang ke langit.
Tahun ke tahun, perkembangan kedirgantaraan sangatlah pesat. Persepsi dan pengetahuan mereka tentang pesawat terbang pun berubah. Dari fantasi menjadi suatu kebutuhan yang penting dalam melakukan aktifitasnya. Semasa kuliah, salah satu kawan kami pernah bercerita. Setiap kali liburan kuliah, dia selalu pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta menggunakan pesawat hercules TNI AU. hal tersebut baginya, tidaklah sulit. Ayahnya seorang Perwira TNI AU. Dan diapun bertutur warga sipil bisa menggunakan hercules dengan syarat mendapatkan izin dari TNI AU.
Pada era kekinian, sudah sangat jarang ditemui anak-anak kecil bersorak sambil menatap langit menanti datangnya pesawat. Mereka menganggapnya sebagai hal biasa. Meski teknologi kedirgantaraan terus berpacu. Mereka meminati teknologi yang sifatnya bisa cepat dan mampu memuaskan hasrat keingintahuan serta terpenuhinya kebutuhan imajinasi layaknya makanan cepat saji. Mereka beralih pada teknologi digital berupa smartphone.
Tak bisa dipungkiri salah satu teknologi yang tergolong Higher Technology adalah teknologi yang berhubungan dengan pesawat terbang dan dari teknologi tersebut, salah satu putra terbaik bangsa Indonesia dikenal dengan kecerdasannya di bidang kedirgantaraan oleh dunia. Yaitu Bapak BJ Habibie. Presiden ketiga Indonesia. Kisahnya begitu menginspirasi banyak orang termasuk anak-anak Indonesia. Untuk itu, perlu adanya regenerasi dengan menghadirkan habibie, habibie baru agar Indonesia bisa kembali bergaung di bidang dirgantara atau aviasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H