Lihat ke Halaman Asli

Andayo Ahdar Notes

menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

Refleksi Masa Kecil

Diperbarui: 7 September 2022   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto bersama saat penamatan. Dokpri

Beberapa hari yang lalu seorang teman menghubungi via medsos. Sebelumnya belum pernah sekalipun saling berkomunikasi namun medsos telah melacak jejak dan akhirnya bertemu juga dalam dunia maya. Akhirnya beliau pun mengajak untuk bergabung di WAG yang  beranggotakan kawan-kawan semasa kecil di Sekolah Dasar. 

Silaturrahim pun terjalin meski terhubung dari medsos yang kekinian. Hal yang paling mengenangkan saat ada yang mengirimkan foto bersama dengan kawan-kawan seangkatan saat penamatan sekolah.  Dengan lekat-lekat memandang foto lawas itu, senyum pun mengembang saat memandang sosok demi sosok lugu serta berupaya mengingat satu persatu diantara mereka.

Saat memandanginya beberapa komentar terpampang  sambil menanyakan keberadaan beberapa kawan kami. Ternyata diantara kami sudah ada yang berpulang mendahului. Kami mengucapkan belawa sungkawa atas mereka. 

Masa sekolah, masa indah yang membuat kita terjejak oleh waktu dalam proses. Masa menimba ilmu, bergaul dengan penuh persaudaraan. Semuanya tersimpan rapi dalam memori. Ternyata memang kita beranjak tua dan juga memiliki anak seperti pada foto yang ditampilkan. 

Banyak kata untuk mengungkapkan makna  pada potret masa lalu itu. Masa bertumbuh menjadi remaja yang penuh dengan gejolak. Butuh waktu, energi untuk memahami jiwa anak yang orang tua kita lakoni. Kini kami pun harus bertindak sebagaimana orang tua kita mendidik anak-anaknya. Begitulah siklus kehidupan.

Wajah - wajah masa lalu yang senantiasa berinteraksi secara intens meski tanpa media sosial seperti sekarang yang mudah terhubung satu sama lain. Gelak tawa dan canda yang energik merupakan aktivitas keseharian anak-anak dikala itu. 

Games interaktif berupa permainan yang menggabungkan antara gerak dan pikir seperti bermain petak umpet, berlarian, main boy       (menyusun batu dengan rapi lalu kelompok lawan melemparnya dengan bola semacam bola tennis). Untuk murid perempuan bermain lompat karet. Semua bermain secara tim dan kompak.

Refleksi masa kecil yang indah mengingatkan kita memang pernah kecil yang  mungkin saja diantara kita ada yang pernah membuat orang tua kerepotan dalam mengurus dan mendidik agar menjadi manusia yang berguna.

 Masa kecil yang terbingkai itu terselamatkan dan bisa disaksikan melalui WAG menyadarkan kita untuk menjadi manusia yang sadar bahwa kawan-kawan lama sepermainan dan seperjuangan yang telah membersamai kita adalah sosok hebat yang telah menemani perjalanan hidup kita dan sangat pantaslah untuk mengucapkan terima kasih atas persahabatan yang telah ditorehkan.  

Dan tentunya terima kasih pada kawan yang telah mengirimkan foto di WAG.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline