Berkumpul bersama dengan kawan-kawan lama yang lama tak bersua. Menghadirkan kenangan dan saling melepas rindu. Pertemuan itu terjadi setelah salah satu dari kawan kami berpulang menuju peristirahatannya yang terakhir. Maka berkumpullah kami. Suasana haru menyelimuti hati dari para pelayatnya dikala itu.Ahad, 12 Juni 2020. Di pekuburan Baqi', Moncongloe Lappara. Kab. Maros, Sulsel.
Beliau seorang yang unik dengan kekhasanya. Sosok yang rajin beribadah, menuntut ilmu agama, dermawan, Pemberani dan terlebih lagi sifat sosialnya yang sangat dikenangkan darinya. Abdullah Mahir, Pendiri dan direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Muslim Makassar. Beliau seorang pengacara yang banyak menolong. Apalagi bagi mereka yang kurang mampu, khususnya dalam bantuan hukum secara gratis.
Begitu banyak ungkapan atas wafatnya sahabat seperjuangan kami itu. Salah satunya dari tulisan rasa bela sungkawa dari Bang Pay (Muh Sulfaedar Pay ). Mantan Wartawan Tempo yang kini membuka usaha jualan kopi keliling dengan cita rasa cafe. Menuliskan curahan hatinya yang sama dengan yang kami rasakan. Tulisan beliaupun kami pilih untuk menjadi perwakilan rasa duka kami yang mendalami kepada saudara Abdullah Mahir, SH
*Tumpah Air Mataku, Ruh Saleh itu ke Negeri Abadi
Muh Sulfaedar Pay
Hari ini, Senin 13 Juni 2022, sepulang Salat Subuh biasanya saya membaca alquran. Tapi kali ini saya iseng mengecek percakapan whatsapp. Tiba-tiba mataku terperangah dengan satu kalimat di grup LBH Muslim, ya Allah, Abdullah Mahir telah wafat.
Ya Allah SWT terkejut hati ini mendapatkan kabar duka itu. Air mataku pun tumpah tak percaya sahabat, guru dan saudaraku Abdul Mahir telah wafat pukul 23.30 wita.
Ya Allah, Engkau memanggil satu lagi orang yang saleh. Dul, begitu saya biasa menyapanya. Usianya masih muda, tapi perjuangan untuk islam luar biasa. Dia seorang aktifis islam yang istiqomah.
Sebelumnya, dua pekan lalu, sahabat Dul, ustadz Zainuddin sudah lebih dulu bergelar rahimahullah