Lihat ke Halaman Asli

Andayo Ahdar Notes

menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

KETIKA BAHASA TUBUH DALAM RELUNG MEDSOS

Diperbarui: 28 Februari 2022   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(https://www.suara.com/news/2022/02/24)

Medsos merupakan media ekspresi yang kian diganderungi oleh berbagai kalangan. Dan bahkan mereka lebih banyak menaruh perhatian medsos dibanding dengan media elektronik, media cetak sebagai media resmi dalam mengambil berita dan hiburan. Begitulah realita dari “dunia lain”, di abad koneksi antar dunia terhubung hanya dengan hitungan gelombang byte per second. 

Ekspresi. Ingin ditahu serta dilihat menjadi kebutuhan yang lain selain kebutuhan yang ada. Merekapun melakukannya dengan penuh aksi dan gaya. Dari kegiatan tersebut memenuhi aplikasi medsos yang familiar hingga duniapun tahu apa yang mereka kerjakan. Semuanya sarat dengan pesona penampakan. 

Gejolak medsos nampaknya dari hari ke hari melaju seiring pergantian merk mobile phone atau telepon selular yang selalu menawarkan teknologi akan kecanggihan gadget tersebut. Seakan tak terbendung. Segala macam aktifitas yang lebih akrab lagi dengan istilah content menjadi sangat serius dilakoni dan viral menjadi tujuannya.

Trend chat pada medsos mulai tertimpali oleh bentuk keterangan tambahan berupa gesture (bahasa tubuh). Bahasa non verbal namun bisa ditebak kemana arahhya. Bahasa yang mencoba mendominasi bahasa chat dan kadang saling berkolaborasi ini. Menuai konsekuensi, berupa kritikan serta bahkan tuntutan dari apa yang ditampilkannya.

 Bahasa tubuh memberikan interpretasi yang dalam apalagi dengan berbalut bahasa verbal yang memperlihatkan sikap yang akan diperhadapakan dengan norma-norma yang berlaku. Etika dalam penyampaian serta aturan susila yang benar. Benturan kan terjadi dan selanjutnya akan menjadi hangat apabila menjadi ingkaran dari aturan bermedsos keluar dari jalurnya. Bahasa tubuh yang melampaui etika alias tidak etis berpadu dengan hal yang asusila.

 Bahasa tubuh yang aktifitasnya lebih pada gerak tubuh selain bibir yang berucap. Namun kadangkala keduanya mendapatkan kecaman akibat dari ke-tidakhati-hatian dari sang pelaku dalam menyampaikan maksud dan tujuannya. Dibutuhkan kecerdasan emosional pemahaman dan yang terpenting nurani. Kehilangan nurani dan kecerdasan emosional beralamat fatal. Semua akan berusaha menghubung-hubungkannya kepada hal yang lain. Itulah zaman koneksivitas. Semua bisa terhubung meski awalnya tidak ada hubungannya. Apatah lagi bila disangkutkan dengan politik dan kondisi bangsa dan negara. Skill bernalar dari netisen akan diuji dengan berbagai masalah kemudian dituangkan ke dalam medsos sebagai bentuk ekspresinya. 

Di era konektivitas ini. Kecerdasan manusia akan terbangun dengan melihat kondisi yang sebenarnya dan merekapun akan jadi penilai. Terkhusus untuk bahasa tubuh yang menjelma sebagai pewarta hendaknyalah berhati-hati dalam meliukkan tubuh serta memainkan lidahnya. Karena mereka terpantau meski dari tempat yang terjauh dari bumi ini. Dan bisa menimbulkan kegaduhan. Sekelumit masalah ketika bahasa tubuh masuk kedalam relung medsos. Mulut Harimaumu, tubuhmu, perisaimu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline