Lihat ke Halaman Asli

Yovinus

laki-laki

Wacana Penghapusan Huruf V

Diperbarui: 3 September 2024   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.merdeka.com

Dulu pernah ada wacana yang cukup kontroversial dari Kementerian Pendidikan Indonesia: sebuah ide untuk menghapus huruf "V" dari khazanah bahasa Indonesia.

Alasan utama yang mendasari wacana ini adalah fakta bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia cenderung mengucapkan huruf "V" sama persis seperti "F". Dalam percakapan sehari-hari, kata-kata seperti "vital" atau "volume" sering kali terdengar seperti "fital" atau "folume". Namun, kenyataannya, pengucapan kedua huruf tersebut sangatlah berbeda dan memiliki nuansa fonetik yang unik.

Huruf "F" dalam bahasa Indonesia diucapkan dengan meletakkan gigi atas pada bibir bawah, menghasilkan suara yang jelas seperti "f" dalam kata "fajar" atau "fantasi".

Sementara itu, huruf "V" dalam bahasa Inggris, misalnya, diucapkan dengan cara yang serupa, tetapi dengan getaran vokal pada pita suara, menghasilkan bunyi yang lebih lembut, seperti "veh" atau "vi".

Pengucapan "V" ini lebih banyak ditemukan dalam bahasa-bahasa yang digunakan di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, serta Australia. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa di Asia, pengucapan huruf ini juga hadir dalam bahasa India, yang kaya dengan bunyi-bunyi yang serupa.

Dalam konteks Indonesia, perbedaan pengucapan ini sering kali diabaikan atau dianggap sepele. Sebagian besar masyarakat, bahkan mereka yang terdidik sekalipun, cenderung menganggap huruf "V" dan "F" sebagai entitas fonetik yang sama.

Namun, pandangan ini sebenarnya kurang tepat. Bahasa adalah lebih dari sekadar alat komunikasi; ia adalah representasi dari identitas budaya dan sejarah, bahkan dari geografi tempat suatu bahasa berkembang. Huruf "V", meskipun jarang digunakan dalam bahasa Indonesia sehari-hari, sebenarnya memiliki peran penting dalam menggambarkan pengaruh linguistik dari luar, serta menunjukkan keragaman fonetik yang ada di nusantara.

Sebagai contoh, dalam tradisi budaya India yang sangat kaya, istilah "Deva" dan "Devi" sering digunakan untuk menggambarkan sosok dewa dan dewi. Dalam bahasa Sanskerta, huruf "V" diucapkan dengan jelas, memberikan nuansa yang berbeda dibandingkan dengan pengucapan yang lazim digunakan di Indonesia, yaitu "Dewa" dan "Dewi".

Di Indonesia, khususnya dalam bahasa Jawa, pelafalan "V" ini hampir tidak pernah digunakan, karena tidak ada konsonan yang secara fonetik sesuai dengan bunyi tersebut. Akibatnya, kata-kata seperti "Deva" dan "Devi" mengalami proses adaptasi fonologis yang menyebabkan mereka diucapkan sebagai "Dewa" dan "Dewi", yang lebih mudah dan lebih sesuai dengan lidah Jawa.

Namun, jangan salah, di Asia, khususnya di wilayah Nusantara, terdapat beberapa suku yang menggunakan huruf "V" dalam bahasa mereka. Contoh menarik dari keberadaan bunyi "V" ini adalah di Kalimantan, khususnya dalam bahasa yang digunakan oleh suku Uut Danum dan Apo Kayaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline