Lihat ke Halaman Asli

Yovinus

laki-laki

Harga-Harga Naik

Diperbarui: 9 Mei 2024   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://infopublik.id/kategori/nusantara/786636/pedagang-resah-pembeli-mengeluh-harga-beras-terus-naik

Suatu hari, seberkas berita menerpa negara Konoha seperti badai tak terduga. Harga BBM, bahan bakar yang sangat diperlukan untuk menggerakkan mesin-mesin pertanian dan transportasi, melonjak tanpa ampun.

Pemerintah memutuskan untuk menghapus subsidi bensin, menaikkan harganya secara signifikan. Bagi rakyat jelata yang hidup dalam keterbatasan ekonomi, ini adalah pukulan yang tak terduga.

Dampaknya segera terasa. Petani yang mengandalkan mesin pertanian untuk membajak ladang mereka, sekarang harus mempertimbangkan dengan cermat setiap liter bensin yang mereka gunakan.

Beberapa di antara mereka terpaksa kembali ke cara-cara tradisional, menggunakan sapi atau kerbau untuk mengolah ladang mereka, meskipun hal ini jauh lebih lambat dan lebih melelahkan. Produktivitas mereka menurun, sementara upah hasil panen tetap sama.

Para pekerja harian yang mengandalkan transportasi umum untuk mencari pekerjaan di kota-kota terdekat juga merasakan beban yang tak terbayangkan. Biaya transportasi naik, tetapi penghasilan mereka tetap stagnan.

Bagi yang memiliki pekerjaan sementara, mungkin mereka harus memilih antara membayar biaya transportasi yang mahal atau menyisihkan sebagian besar pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kesulitan mencari kerja juga semakin terasa tajam. Dengan biaya hidup yang naik dan daya beli yang menurun, perusahaan-perusahaan cenderung berhemat dan mengurangi jumlah pekerja.

Para pencari kerja terpaksa bersaing dalam persaingan yang semakin ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang jarang dan kadang-kadang tidak sebanding dengan upah yang ditawarkan.

Di tengah-tengah penderitaan ini, ada keluarga-keluarga yang terpaksa memangkas pengeluaran mereka hingga ke titik terendah. Mereka mungkin harus membatalkan rencana pendidikan anak-anak mereka, menunda perawatan kesehatan yang sangat dibutuhkan, atau bahkan mengorbankan makanan yang cukup untuk makan sehari-hari. Kehidupan mereka menjadi semakin pahit, dipenuhi dengan rasa tidak pasti dan kecemasan akan masa depan.

Di tengah kemelut yang semakin kompleks, rakyat jelata terus merasakan tekanan yang tak kunjung reda. Kenaikan harga beras yang tak terelakkan membuat beban hidup mereka semakin berat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline