Lihat ke Halaman Asli

Yovinus

laki-laki

Kebohongan Dianggap Pahala

Diperbarui: 6 Maret 2024   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah bagian kampung di Seberang Sungai di kampung mertuanya saya, mengatakan bahwa apalah gunanya jika orang hidup tidak berani mencuri.

Prinsip ini mencerminkan pandangan hidup sekelompok masyarakat di sebuah kampung yang dianggap sebagai kebanggaan mencuri. Namun, sebaliknya, pandangan ini juga menunjukkan bagaimana mereka mengukur martabat dan keberanian seseorang berdasarkan kemampuannya untuk mencuri.

Pandangan semacam ini menimbulkan pertanyaan yang mendalam tentang nilai-nilai dan etika yang dianut oleh masyarakat tersebut. Bagaimana masyarakat bisa menganggap mencuri sebagai sesuatu yang membanggakan, sementara itu bertentangan dengan prinsip moral yang umum dianut oleh kebanyakan masyarakat di dunia?

Mungkin ada faktor-faktor tertentu yang memengaruhi pemikiran dan pandangan hidup mereka. Mungkin kemiskinan atau kurangnya peluang ekonomi telah mendorong mereka untuk mengadopsi cara hidup yang tidak bermoral ini. Atau mungkin budaya dan tradisi lokal telah memainkan peran dalam membentuk sikap mereka terhadap tindakan mencuri.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa prinsip ini memiliki dampak yang merugikan bagi masyarakat secara keseluruhan. Mencuri adalah tindakan melanggar hukum yang tidak hanya merugikan individu yang menjadi korban, tetapi juga merusak kerukunan sosial dan memicu ketidakamanan dalam masyarakat.

Selain itu, pandangan seperti ini juga menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab kita sebagai anggota masyarakat yang lebih luas. Apakah kita sebagai masyarakat memiliki tanggung jawab untuk membantu mengubah pandangan dan prinsip-prinsip yang merugikan ini?

Bagaimana kita dapat membantu masyarakat untuk memahami nilai-nilai yang lebih positif dan membangun sebuah komunitas yang lebih adil dan beretika?

Di tengah kehidupan modern yang dipenuhi dengan berbagai bentuk teknologi dan informasi, fenomena kebohongan semakin menjadi hal yang umum terjadi. Orang-orang tidak lagi merasa malu untuk berbohong; bahkan, beberapa di antara mereka bahkan menganggapnya sebagai sesuatu yang membanggakan. Media sosial menjadi salah satu tempat di mana kebohongan sering kali disebarkan dengan mudah.

Kita sering melihat di media sosial bagaimana orang-orang menjanjikan kemungkinan untuk mendapatkan uang dengan mudah, seperti melalui permainan Games tertentu. Namun, pada kenyataannya, itu semua hanyalah bohong belaka. Janji-janji palsu ini seringkali menimbulkan harapan palsu dan kekecewaan bagi mereka yang percaya padanya.

Tidak hanya di media sosial, kebohongan juga kerap terjadi dalam ranah politik. Para calon anggota legislatif sering kali membuat janji-janji yang besar dan mengumbar rencana-rencana masa depan yang menjanjikan.

Namun, sayangnya, banyak dari mereka yang tidak memenuhi janji-janji tersebut setelah terpilih menjadi anggota legislatif. Mereka bahkan terlibat dalam praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, dengan menerima suap atau menggelapkan uang yang seharusnya untuk kepentingan publik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline