Lihat ke Halaman Asli

Yovinus

laki-laki

Godaan Tidak Percaya Tuhan-Menjaga Anak-anak Kuliah di Era Informasi

Diperbarui: 7 Oktober 2024   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.suara.com/news/2019/07/10/080500/mereka-hidup-tanpa-tuhan-pengakuan-orang-orang-ateis-di-indonesia

Dalam era digital ini, akses ke informasi telah menjadi begitu mudah, bahkan di ujung jari. Namun, sementara kemajuan teknologi membuka pintu menuju pengetahuan yang tak terbatas, ada sebuah bahaya yang mungkin tidak terlalu terlihat, khususnya bagi anak-anak kuliah yang menjalani kehidupan jauh dari orang tua mereka.

Bahaya ini adalah godaan untuk tidak percaya kepada Tuhan dan terjerumus dalam perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama mereka.

Pada dasarnya, kemudahan akses informasi dari internet adalah sesuatu yang patut disyukuri. Hal ini memungkinkan kita untuk mengejar pengetahuan dari berbagai sumber dan menggali pemahaman lebih dalam tentang berbagai topik.

Namun, bagi anak-anak kuliah yang mungkin belum memiliki dasar keagamaan yang kuat, atau bahkan bagi mereka yang memilih untuk menjauh dari ajaran agama mereka, internet bisa menjadi tempat yang berbahaya.

Anak-anak kuliah yang tumbuh dalam keluarga yang taat beragama biasanya memiliki dasar yang kuat dalam keyakinan agama mereka. Mereka tahu apa yang diucapkan oleh orang-orang di internet tidak selalu benar dan mampu memilah informasi dengan bijak.

Namun, bagi mereka yang cenderung malas belajar atau lebih memilih untuk terjebak dalam dunia digital, risiko tidak percaya kepada Tuhan bisa muncul dengan cepat.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak-anak kuliah untuk terjerumus dalam godaan ini. Pertama, ketidak pedulian terhadap agama mereka sendiri. Ketika mereka lebih sibuk memainkan ponsel mereka daripada memahami nilai-nilai agama, maka mereka rentan terhadap pengaruh negatif dari internet.

Kedua, ketidak pedulian ini bisa berujung pada ketidaktaatan terhadap orang tua mereka, yang mungkin telah mengajarkan mereka nilai-nilai agama sejak kecil.

Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah ketidak pedulian ini dapat merusak karakter mereka. Mereka mungkin menjadi kasar, melawan orang tua, dan bahkan kehilangan empati terhadap sesama. Di tingkat yang lebih serius, ini bisa mengarah pada kehancuran mental dan moral mereka.

Sementara kebenaran agama dapat ditemukan dalam Kitab Suci, dalam sejarah yang mengikutinya, dalam mukjizat yang terjadi sampai saat ini, dan dalam pengalaman spiritual pribadi, anak-anak yang malas belajar mungkin tidak tahu atau bahkan tidak tertarik untuk mencari informasi ini. Sehingga, mereka rentan terhadap keraguan dan ketidakpercayaan terhadap Tuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline