Lihat ke Halaman Asli

Yovinus

laki-laki

Susah Membangunkan Anak Untuk Berangkat Sekolah

Diperbarui: 3 Oktober 2023   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar  https://www.idntimes.com/hype/entertainment/jihan-khoerunnisa/rekomendasi-anime-bertema-sekolah-di-muse-indonesia-c1c2-1

Pak Christo benar-benar merasa frustrasi saat mencoba membangunkan anaknya yang masih duduk di bangku SMA. Setiap pagi, ritual yang sama terulang kembali. Ia membuka pintu kamar anaknya dengan hati-hati, rupanya tidak terkunci.

Christo berusaha tidak menggegerkan remaja yang tengah terlelap dalam mimpi-mimpinya.

"Bangun, Nak," desis Pak Christo dengan nada lembut.

Namun, anaknya hanya merenggangkan tubuhnya sedikit, lalu kembali merem.

"Kamu harus cepat bangun, sekolah sudah menunggu," lanjut Pak Christo dengan nada yang lebih keras kali ini.

Tapi anaknya masih terlihat malas-malasan di ranjangnya. Alasan utama anaknya sulit bangun adalah karena guru-gurunya jarang masuk ke sekolah. Ini membuat anaknya merasa bahwa tidak ada alasan untuk terburu-buru bangun jika tidak ada pelajaran yang menanti.

Pak Christo merasa putus asa. Ia mulai memikirkan kemungkinan memindahkan anaknya ke SMA Swasta yang dimiliki oleh seorang suster. Namun, saat melihat biaya pendidikan yang sangat tidak terjangkau, ia nyaris pingsan. Tidak mungkin baginya untuk membayar biaya sekolah sebesar itu.

Sementara dirinya tidak mempunyai penghasilan tetap. Untuk makan saja susah, apa lagi membayar biaya yang Lebih mahal dari biaya kuliah itu. Itu sih bukan sekolah untuk orang di dunia, tetapi untuk planet luar yang penghasilannya sangat tinggi.

Sebuah sekolah negeri, mendapatkan akreditasi "A" tetapi sekolahnya amburadul. Bagaimana mungkin? Pikir pak Christo. Sungguh mustahil, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Sebenernya pak Christo mengharapkan orang-orang cerdas dan peduli Pendidikan yang akan bertindak, tetapi nampaknya semua sibuk dengan urusannya masing-masing.

Sebagai seorang tukang kebun, akhirnya pak Christo mengambil inisiatif bagaimana menjadi pionir, tidak peduli dengan latar belakang dirinya yang serba kurang dalam bidang pekerjaan, Pendidikan dan keuangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline