Pada tanggal 6 Mei 2021 isteriku mengatakan dia mengalami diare dan sudah beberapa kali bolak balik ke WC. Lalu dia mengatakan jika dirinya sangat lelah dan sama sekali tidak ada nafsu makan.
Awalnya aku menganggapnya mengalami diare biasa saja, tetapi ketika kemudian dia mengatakan mual, pusing, merasa mau muntah, timbul ruam pada kulitnya, terasa sakit tenggorokan, merasa meriang, beberapa bagian tubuhnya juga terasa nyeri dan kelelahan yang teramat sangat sehingga katanya sama sekali tidak bertenaga bahkan untuk mengangkat kakinya.
Saya pun tersentak dan segera googling untuk mencari informasinya di media online dan dhhheeeggg..., ternyata ciri-ciri itu adalah merupakan kebanyakan ciri-ciri orang yang terinfeksi Covid Varian India atau B.1.617.
Akhirnya terkena juga, pikir ku. Padahal saya sangat patuh dan ketat melaksanakan protokol kesehatan dan kami sudah lock down mandiri sejak dari bulan Januari 2020.
Aku sungguh terkejut dan merasa sangat khawatir. Salah satunya yang membuat ku khawatir adalah karena pada saat kami dua berdiskusi itu pada tanggal 9 Mei 2-021.
Artinya kami sudah saling berinteraksi dan tidur bersama selama tiga hari tiga malam. Yang artinya jika isteri positif, maka sangat besar kemungkinan saya pun pasti terjangkit. Padahal kami berdua ini sama-sama sudah tua dan juga sama sama tidak bisa dikatakan sehat.
Isteri saya sejak dari masa mudanya jantungnya kurang sehat, menderita maag kronis, filek berkepanjangan sejak setahun sebelum pandemi Covid-19 muncul di Wuhan.
Sementara saya menderita darah tinggi yang tekanannya pernah mencapai 220/110, asam urat, kolestrol tinggi dan ada ciri-ciri diabetes tipe 2. Sementara yang saya baca di media online, penyakit-penyakit adalah komorbit yang yang bisa memperparah penderita Convid-19.
Lama kami berdua berdiskusi apakah mau tes ke Gugus tugas penanganan Covid-19 atau tidak untuk memastikan kondisi kami, karena masalahnya di daerah kami pada waktu itu sedang tinggi-tingginya orang yang terjangkit.
Ruang isolasi sudah penuh, ruang IGD juga penuh dan tingkat kematian menjadi tertinggi untuk sementara waktu di Provinsi kami. Sehingga menurut guyonan orang-orang di daerah itu bukan lagi zona merah lagi tetapi sudah zona hitam.
Yang kami khawatirkan adalah karena para tenaga kesehatan itu sudah sangat lelah, sehingga mungkin saja mereka menjadi kurang teliti dalam melakukan pekerjaannya. Sehingga bisa saja alat-alat dan diri mereka yang tidak steril, sehingga jika seandainya tidak terinfeksi malahan bisa saja terjangkit sakit dari peralatan atau orang-orang yang banyak OTG di situ. Apalagi teringat kasus yang terjadi di Kualanamu yang sampai menjadi berita nasional, di mana ada beberapa petugasnya yang berbuat curang demi keuntungan pribadinya.