Fredy memajukan motornya ke depan sedikit, bersebelahan dengan seorang Bapak yang mengendarai Kharisma X 125 cc.
"Panas sekali, ya." Celetuk Fredy sok ramah, sambil melirik Bapak yang duluan antri di sampingnya, agak ke depan. Mereka antri dalam dua baris. Fredy kebetulan berada di paling belakang, masih di dekat mulut jalan. Ke arah mesin pompa pengisian masih sekitar 80 meter lagi.
"Ya, panas sekali nih." Jawab orang itu sambil mengipaskan tangannya ke arah lehernya.
"Sudah lama antrinya, Pak?" Tanya Fredy kepada pengendara Kharisma X. "Baru, Pak. Tapi yang di depan sana itu katanya sudah antri sejak satu jam yang lalu." Jelasnya.
"Waah, sudah cukup lama juga." Komentar Fredy. "Jangan sampai saja BBM nya kehabisan..."
Udara memang sangat panas, belum lagi ditambah dengan bau asap kendaraan, asap rokok, bau ketiak dan debu jalan. SPBU Katebelece ini terletak 17 kilometer dari kota dengan kondisi jalan seperti bekas perang dunia kedua.
Uang DAK dan DAU yang ratusan miliar rupiah yang dikucurkan oleh Pemerintah Pusat belum mampu untuk memperbaiki jalan ini, meskipun para pemenang tendernya berlomba-lomba membeli mobil Nissan Terano dan Toyota Fortuner setelah selesai memborong.
Fredy sudah beberapa kali berhenti di SPBU di dalam kota, tetapi selalu berhadapan dengan tulisan "Bensin Habis!" Akhirnya dengan sangat terpaksa Fredy menuju ke SPBU yang terletak di luar kota pada ruas jalan antar kabupaten ini.
"Hampir setiap hari kita seperti ini, ya. Antri BBM..." desis seorang bapak dengan motor bergincu, plat merah.
"Bukan hanya kita di sini saja, Pak. Tapi seluruh Indonesia..." Tambah seseorang yang mengendarai Kawasaki Ninja. "Hampir setiap malam saya lihat di Teve."
"Entah sampai kapan kita begini, ya..." desis seorang ibu berperawakan subur di sebelah kiri Fredy dua motor di depan pengendara Kharisma X. "Padahal saya meninggalkan anak kecil di rumah."