Lihat ke Halaman Asli

Yovinus

laki-laki

Membatasi Pemakaian Gadget dan Komputer pada Anak

Diperbarui: 27 Mei 2020   12:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Poto: https://www.liputan6.com/tekno/

Dewasa ini hampir tidak ada lagi orang yang tidak punya gadget dan computer, bahkan terkadang satu orang memiliki beberapa buah smartphone dan beberapa buah computer, baik untuk bekerja maupun untuk kebutuhan anak-anak di rumah.

Menurut data dari Kompas.Com tertanggal 20 Pebruari 2020, pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 175,4 juta dengan penetrasi mencapai 64 persen. Sementara, dari data sebesar itu, ternyata 96 persen menggunakan smartphone, dengan rata-rata online empat jam 46 menit tiap hari (Sumber).

Demikian besarnya pemakai gadget itu, tentu saja demikian juga pemakaian gadget dan penggunaan computer di dalam rumah tangga keluarga-keluarga di Indonesia, termasuk juga di dalam keluarga kami sendiri. Setiap orang anggota keluarga kami masing-masing memiliki gadget dan kami juga memiliki beberapa buah Notebook, netbook, dan personal computer yang dilengkapi beberapa buah printer. Semua ini untuk menunjang pekerjaan dan menyelesaikan tugas belajar anak-anak yang diberikan sekolah. Selain itu juga, sebagai orangtua kami memotivasi mereka untuk belajar berbagai macam bahasa dengan menggunakan smartphone yang mereka miliki. Karena sekarang ini sudah begitu mudahnya belajar sebuah bahasa, karena aplikasi dan tutorialnya bertebaran di internet.

Smartphone ini kami belikan sebagai hadiah bagi mereka karena prestasi mereka sebagai juara I di kelasnya masing-masing. Bahkan untuk anak saya yang nomor tiga, selain dibelikan smartphone dia juga saya bawa jalan-jalan ke Jakarta, karena selain sebagai juara I dikelasnya, dia juga juara umum di sekolahnya dan juga juara umum se-kabupaten ketika ujian akhir SD tahun tahun 2015, khusus matematika NEM nya100. Selain itu smartphone yang kami beli ini, tidak semuanya murni uang kami sebagai orang tua, tetapi hanya menambahkan saja karena mereka juga mendapatkan uang tunai sebagai apresiasi sekolah terhadap prestasi mereka.

Awalnya kami membebaskan dan memberikan kepercayaan kepada anak-anak untuk secara mandiri membatasi pemakaian gadget dan komputer mereka, karena kami percaya mereka akan patuh. Hanya saja setiap hari kami tak lupa selalu mengingatkan mereka, agar  pandai membagi waktu mereka untuk belajar dan menyelesaikan PR, waktu istirahat, waktu bermain dan olah raga, serta waktu tidur.

Tetapi beberapa tahun kemudian, kami heran sekali, karena begitu susahnya membangunkan mereka di pagi hari baik untuk mandi dan sarapan serta mempersiapkan segala sesuatunya sebelum  berangkat ke sekolah. Begitu juga ketika bangun, mereka selalu menderita filek. Menurut pengalaman kami yang sudah berumur lebih setengah abad ini, orang yang bangun pagi selalu filek itu lebih banyak disebabkan oleh kekurangan vitamin C atau kurang istirahat malam atau dengan kata lain kurang tidur. Sehingga kami berkesimpulan, bahwa mereka kurang tidur malam dikarenakan keasyikan bermain smartphone.

Dari hari ke hari juga kelakuan mereka makin kasar dan sadis, diantara adik beradikpun semakin sering bertengkar. Kalau kami suruh mengerjakan sesuatu pun jawabannya lebih sering dengan kata-kata: nanti dulu, sabar, sebentar atau ...ya...ya...ya..., tetapi tidak langsung dilaksanakan. Karena penasaran, saya dan isteri lalu googling di internet dan mencari tanda-tanda anak-anak yang gila main gadget. Ternyata ciri-cirinya ya sebagian besar seperti itu, salah satunya dia juga suka berbohong. Kalau di tanya sudah berapa lama main HP, hampir selalu di jawab, baru saja. Padahal  saya dan isteri sering sengaja mengingatnya, ternyata sudah beberapa jam yang lalu.

Keyakinan kami bahwa mereka memang gila main HP pada malam hari semakin diperkuat oleh kenyataan terhadap anak kami yang ke tiga, yaitu dari persoalan pertumbuhan tinggi badannya. Karena saya punya kebiasaan selalu mengukur tinggi tubuh anak-anak dan menimbang berat badan mereka setiap awal bulan dan saya catat. Sewaktu tamat kelas 6 SD pada tahun 2015, tingginya adalah 156,2 cm.

Lalu sewaktu SMA pada tahun 2018, tingginya hanya 166 cm. Itu artinya selama tiga tahun dia hanya bertambah sebanyak 9,8 cm saja yang berarti hanya bertambah 3,27 cm setiap tahunnya atau secara rata-rata hanya bertambah sebanyak 0,27 cm setiap bulan. Ini sangat kecil sekali, padahal pada usia emas yaitu pada usia 14 tahun, seorang anak lelaki bisa bertambah tinggi antara 1-2 cm per bulannya. Selain itu, parahnya lagi, nilai-nilai mereka mulai anjlok.

Setelah kami tanyai dari hati ke hati, dia mengakui bahwa memang dia sering tidak tidur pada malam harinya, selain mengerjakan PR yang diberikan oleh guru guru mereka, juga sering bermain games. Padahal menurut salah satu web tentang kesehatan yang pernah saya baca, pertumbuhan anak itu terjadi di malam hari (https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/pertumbuhan-tulang-malam-hari/). Selain untuk tumbuh, banyak kegiatan tubuh pada malam harinya, seperti membuang racun dan sebagainya. Sehingga kurang tidur pada malam hari itu, sangatlah berbahaya.

Menyadari hal itu, saya dan isteri lalu memutuskan untuk membatasi penggunaan gadget dan computer terhadap anak-anak. Karena hal ini sangat berbahaya, baik terhadap Kesehatan mata mereka, pertumbuhan tubuh mereka, serta kelakukan mereka. Juga kami banyak membaca, bahwa di bagian lain dari penduduk planet bumi ini banyak anak-anak yang meninggal dunia karena terlalu lama memainkan games di HP atau mengoperasikan HP terlalu lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline