Lihat ke Halaman Asli

Pria yang Berdoa

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masih pagi di kota Yogyakarta. Seperti biasa, aku mengawali hari dengan mencari sarapan. Setiap pagi, perutku harus diisi nasi kalau tidak perutku akan bergejolak sepanjang hari. Dan hari ini aku sedang tidak ingin mengurusi pemberontakkan naga-naga yang tinggal di dalam sana.

Aku masuk ke warung makan tempat aku biasa sarapan. Jariku menyusuri menu, ayam bakar, nila bakar, sup, nasi goreng. Pilihanku jatuh pada nasi goreng, sarapan yang berat dan berkarbohidrat, dan kopi tentu saja. Aku duduk menunggu pesananku diantar.

Seorang pria masuk ke dalam warung. Dia berpakaian rapi, semestinya dia juga berbau wangi tapi baunya sudah ditandingi harum bawang yang digoreng di wajan. Dia duduk di meja panjang yang sebaris denganku, biarpun di warung itu masih banyak meja kosong di sana-sini. Aku tersenyum, seperti dapat teman untuk sarapan, gumamku dalam hati.

Pesananku datang, aku mulai makan. Satu, dua, di suapan ke tiga pesanannya datang. Mataku membelalak menatap tiga piring yang diletakkan di atas meja. Satu piring nasi, satu piring lauk, dan satu piring sayur. Sarapanku kalah berat sekarang, kalah telak.

Dia berjalan ke tempat cuci tangan. Lalu dia duduk, dia tidak segera makan, dia melipat tangan dan menundukkan kepala. Dia berdoa? Aku yang sedari tadi melihatnya dengan sudut mata otomatis menengok. Aku berhenti makan, ikut-ikutan melipat tangan dan menundukkan kepala, mengucapkan sebaris doa syukur atas pemeliharaanNya.

Laki-laki yang berdoa, pemandangan indah yang luar biasa.

Kekuatan seorang manusia terletak dalam tunduk dan diamnya, ketika dia menaikkan doa-doa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline