Lihat ke Halaman Asli

Mentari Adynda Larasati

Mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang

Refleksi Krisis Sri Lanka: Belajar dari Kejadian Krisis Moneter 1998

Diperbarui: 27 Juli 2022   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Jangan melihat lagi masa lalu yang sudah di jauhkan, saya tidak melihat bahwa kita tidak akan kembali ke krisis 1998 namun, tentu saja saya bisa salah. Yang sebenarnya terjadi saat ini adalah kita mengharapkan kembalinya dunia kepada situasi normal (new era)."

Berbicara mengenai kerusuhan yang terjadi di bulan Mei tahun 1998 merupakan peristiwa pemberontakan mahasiswa karena adanya krisis moneter, tekanan ekonomi maupun politik, yang pada akhirnya membuat Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden yang terjadi sekitar 24 tahun yang lalu.

Pada 2021 lalu, di lansir dari laman berita Warta Ekonomi. Ekonomi RI mengalami minus 2,07%, terendah setelah krisis moneter pada tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 ambles ke level minus 2,07% akibat wabah virus Covid-19. 

Angka itu tercatat paling buruk dalam 24 tahun terakhir sejak 1998. Saat itu, krisis moneter dan ekonomi Indonesia tercatat minus 13,16%.

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto, mengatakan bahwa dampak pandemi Covid-19 melanda hampir ke seluruh dunia termasuk Indonesia. "Indonesia tidak sendiri karena banyak sekali negara-negara yang mengalami kontraksi di antaranya Amerika Serikat, Singapura, Hongkong, dan Uni Eropa. Kecuali bagian Vietnam dan China yang di 2020 mengalami pertumbuhan." Jelas Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (5/2/2021).

Demikian halnya dengan kasus Sri Lanka yang sedang mengalami kerusuhan besar hingga mengakibatkan istana Presiden di duduki masa dan Perdana Menteri beserta Presiden bersedia untuk mundur.

Negara Sri Lanka yang mengalami rasio hutang terhadap PDB sudah berada di atas 100% sehingga mengakibatkan negara bangkrut, hutang negara yang banyak, krisis ekonomi dan harga bahan pokok meroket dan langkah. 

Hal ini membuat rakyat Sri Lanka kecewa terhadap pemerintah, lantaran untuk bertahan hidup mereka mengalami kesusahan akibat krisis ekonomi yang terjadi.

Selain akibat dari pandemi dan perang Ukraina, terdapat alasan utama yang menyebabkan ini terjadi, yaitu tidak ada pemerintahan yang berjalan dengan baik dan banyak terjadi korupsi di negara Sri Lanka. Terlihat hingga dua bulan yang lalu Perdana Menteri dan Presiden yang menjabat merupakan saudara kandung.

Oleh karena itu, perlu di ingat bahwa hutang perlu di kembalikan pokok beserta bunga. Negara pun juga harus begitu, hutang harus di gunakan untuk sesuatu yang lebih produktif yang hasilnya akan melebihi dari hutang itu sendiri.

Tentu Indonesia juga harus belajar dari kejadian ini, membuat proyek gagah-gagahan yang hasilnya belum tentu dan di takutkan akan menjadikan bencana keuangan kembali terjadi di negara Indonesia. Kita pun sebenarnya sudah belajar dari kejadian krisis moneter 1998. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline