Lihat ke Halaman Asli

Alaaha dulu Ueesi

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14138667292066791883

[caption id="attachment_348873" align="alignleft" width="462" caption="Inilah Kantor Koperasi Serba Usaha di Ueesi (2008)"][/caption]

Perjalanan terjauh dan melelahkan...
Adalah nama desa di perbatasan Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah kurang lebih 400 km dari ibukota Kendari. Tujuan saya datang desa yang berada di “ujung dunia” ini adalah untuk survey sebagai tugas kecil organisasi untuk melakukan studi banding.

Perjalanan ke desa Alaaha yang lebih dikenal dengan nama awalnya sebagai desa Ueeskan memerlukan persiapan perjalanan yang saya tidak mengerti. Sebelum berangkat berdiskusi terlebih dahulu tentang Koperasi Madu di Alaaha. Hasil diskusi sebentar menghasilkan sebuah ketetapan tujuan kedatangan yaitu untuk belajar dan tukar menukar pengalaman.

Berangkat dari kota Kendari jam 12.00 setelah makan siang dan isi bensin sepeda motor di Puwatu. Kami berhenti untuk secangkir kopi, teh dan jagung rebus Unaaha jam 14.30. Disini ditemui banyak ramai berjejer warung makan dan kopi lesehan di pinggir jalan.

Tidak lama dari perjalanan kurang lebih selama 2 jam atau kurang lebih jam 16.00 kami berhenti lagi untuk makan sore dan saya diajak makan. Wow , kenapa? Kata pemandu, ini desa terakhir yang ada rumah makannya setelah itu kita tidak akan menjumpai lagi. Jadi kembali perut saya diisi dengan makan sore sekaligus makan malam. Saya tidak tahu dan tidak bertanya berapa jam lagi perjalanan menuju kesana. Saya berboncengan dengan seorang anak muda berangkat bersama dengan 2 teman yang bertugas di sana sedang menuju perjalanan ke Alaaha/ Ueesi.

Di tengah perjalanan saya bertanya apakah orang yang akan kita kunjungi sudah dihubungi sebelumnya, kata pemandu sudah melalui radio komunikasi cb. Felix adalah seorang anak muda yang mengantarkan saya, dia juga orang lokal Ueesi yang bertanggung jawab supaya bisa ketemu dengan pengurus Koperasi Madu. Kata dia ternyata belum ada konfirmasi balik dari sana, tetapi kata saya sebaiknya kita melanjutkan perjalanan saja. Selain Felix saya ditemani pak Kantan dan pak Amir, juga berusaha menghubungi terus pak Ketua Koperasi melalui pinjaman radio cb dimana desa yang dilewati ada pesawatnya.

Kondisi jalan dengan cuaca yang cerah mendukung sekali perjalanan terutama saat memasuki jalan-jalan tanah yang belum diaspal. Pada rute jalan yang semakin tidak baik sopir saya Felix mulai memikirkan beban yang dibawa.

Dengan beban 1 dus dan ringannya motor maka Felix mengambil inisiatif untuk di depan dan beberapa saat berhenti untuk melihat ke belakang tetapi semakin jauh dan semakin sore yang ditunggu sampai teman yang di belakang tidak kelihatan. Felix memutuskan untuk berhenti agak lama di depan SMP 5 Amesiu, tetapi tetap tidak kunjung tiba batang hidungnya. Karena sebentar lagi gelap dan pincara ( tempat penyebarangan sungai ) diperkirakan hanya menempuh waktu setengah jam hingga magrib, maka kami memutuskan untuk terus berjalan.
Ada 3 pincara untuk bisa melewati sungai Konawe kami dihadapkan pada pilihan selain bensin juga sudah menipis. Putusan jatuh pada pincara dua yang biasa dia lalui dengan harapan Pak Kantan dan Amir mempunyai pikiran yang sama. Setangah jam menunggu tidak ada tanda-tanda yang ditunggu muncul. Felix berpendapat sebaiknya balik saja mencarinya, tetapi bensin sepeda motor sudah mendekai habis. Kemudian kami saling menghitung “kekayaan terakhir” (uang yang ada di saku masing-masing), jumah totalnya sekitar Rp. 25.000,-. Isi bensin hanya Rp. 8.000,-/iliter dan ongkos penyeberangan Rp. 5.000,- berarti masih ada sisa uang. Setelah saling bediam diri sekitar 5 menit walhasil diputuskanlah untuk jalan terus menyeberang pada saat itu pukul 19.30 WIT. Sampai di Kota Kecamatan isi bensin 1 liter dengan perkiraan cukup sampai di Ueesi.

Menurut informasi penyeberangan pincara termasuk penyeberangan yang tidak pernah sepi dengan pelayanan 24 jam. Secara sepintas orang yang lalu lalang selama perjalanan memang tidak membawa barang dagangan namun bisa dipastikan ada kegiatan ekonomi, dimungkinkan frekuensinya akan semakin bertambah pada saat musim panen.

Tiba di Ueesi tepat jam 22.00 WIT sesuai dengan estimasi awal, Pak Kantan dan Amir ada di depan kami pada saat yang bersamaan agak mengejutkan karena mereka kami perkirakan ada di belakang kami. Rupanya mereka sampai di tempat 10 menit lebih awal dan untuk menemukan mereka mudah karena hanya kamilah yang mengandarai sepdea motor malam hari pada saat warga tidur.

Sampai di rumah Pak Ketua Koperasi yang dicari sedang berada di Kolaka, namun dengan radio komunikasi yang dioperasikan dengan genset sebagai sumber listriknya akhirnya Pak Ketua dapat dihubungi dan akan datang pada besok siang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline