Lihat ke Halaman Asli

Emi Dengan Sejuta Pesan

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emi nama panggilan untuk nenekku, beliau pernah bercerita kepadaku saat kehidupannya muda dahulu bersama kakek. Cara hidupku berubah saat aku ingin membuang sisa makanan "Kenapa dibuang?kenapa ngambilnya berlebihan? sini duduk deket Emi".Aku dengan wajah takut menghampiri Emi yang sedang senyum menunggu.Emi mulai bercerita bahwa dahulu hidupnya sebelum mempunyai anak, semua kebutuhan hidup dapat terpenuhi.Kehidupan terasa bahagia saat mempunyai anak pertama,kedua,ketiga, sampai ke enam hidup penuh dengan tawa dan suka cita.Tapi hal itu mulai sirna saat anak pertama memasuki usia sekolah kebutuhan sekunder mulai dikurangi hingga pada saat anak ke empat memasuki usia sekolah kebutuhan primer dikurangi demi bisa menyekolahkan anak-anaknya.Pada saat itu Kakek hanya sebagai pedagang buah di Pasar Induk Kramat Jati, penghasilan sehari-harinya hanya bisa mencukupi kebutuhan yang ada.Pernah Kakek berkata "udah ngapain sih anak disekolahin? toh nanti anak kita kerjaannya cuma di dapur, ngapain porsi makan dikurang-kurangin? ngga kasian sama si kembar bontot? mereka butuh susu!".Emi hanya tertunduk diam saat itu, beliau sadar semua anaknya perempuan. Tapi Emi punya tekad di dalam hidupnya "saya tidak ingin anakku seperti diriku yang hanya berpendidikan sampai tingkat dasar lalu menikah diusia muda".Emi mencari peluang dengan membuat jajanan kecil untuk dibawa oleh keempat anaknya kesekolah dan beliau mengumpulkannya sampai untuk modal yang lain.Karena mengikuti kelompok pengajian, Emi sadar ada peluang untuk lahan bisnis yaitu dengan membuat kredit baju,sprai, sampai daging kiloan untuk kurban.Semua itu dilakukan sampai semua anaknya lulus kuliah, dengan dibantu anak pertama dan kedua yang sudah mulai bekerja.Emi berkata pada setiap anaknya untuk dipesankan kepada anak-anak mereka nanti "jangan terpaku dengan keadaan yang ada, kamu jangan merasa sial dengan dilahirkannya dirimu dengan kondisi yang serba kekurangan ,syukurilah setiap rejeki yang diberikan Allah dan jangan pernah kamu sia-siakan karena kamu tahu benar perjuangan ibu dan bapak".Satu pencapaian terbesar dalam hidupnya terpenuhi dengan tetap berusaha dan tetap berdoa kepada Sang Kuasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline