Lihat ke Halaman Asli

Stop Pernikahan Dini: "Kebahagiaan Sesaat, Sengsara Sepanjang Masa"

Diperbarui: 17 Agustus 2016   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

“KAPAN nikah?”

“Kapan kawin?”

“ Sudah umur berapa, kok belum punya pendamping?”

Tiga kalimat tanya di atas menjadi pertanyaan paling lumrah yang kerap diutarakan orang tua, keluarga, teman, dan tetangga saat melihat dara dan lajang yang sudah berumur tapi belum juga berumah tangga.

Apalagi jika para bujangan itu tampak sudah selesai kuliah, sudah kerja, sudah punya rumah dan mobil, ya pokoknya sudah masuk kategori mapan.

“Tunggu apalagi? Semua sudah ada, menikahlah lagi,”pertanyaan berikutnya pun pasti mereka lontarkan.

Jika kondisinya sudah mapan begitu, secara ekonomi dan usia, memang sebaiknya para single mencari pasangan halalnya. Sebab, jika tidak maka anggapan negatif dari orang lain bisa saja mendera.

“Mungkin dia suka sesama,”itu salah satu prasangka buruk yang bisa saja dialamatkan kepadanya.

Ada sekian banyak alasan yang melatarbelakangi para single belum menikah padahal dia terlihat mapan di mata orang lain.

Menikah itu memang bukan hanya kesiapan materi atau finansial tetapi yang paling penting adalah mental dan emosi. Bisa saja orang sudah kaya raya di usia muda, tapi ternyata secara psikologi, dia tidak punya kesiapan untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Sebaliknya, tidak sedikit yang belum punya kemapanan finansial tetapi punya keberanian untuk berumahtangga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline