Reformasi yang sudah 15 tahun berlalu masih saja menjadi harapan besar rakyat di negeri ini menuju negeri yang lebih baik, jauh dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Tapi masih saja terjadi penyelewengan visi besar reformasi dan tidak pernah bisa ditinggalkan oleh "pelanjut" penguasa negeri ini. Mereka yang berjuang meluluhlantakkan rezim orde baru yang sangat kental dengan sebutan "Rezim Korup" tidak mampu menghilangkan sikap KKN yang tambah merajalela kita rasakan. Jika kita kembali ke tahun 1966, ketika Orde Lama tumbang setelah gerakan mahasiswa menuntut Tritura yang berisi pembubaran PKI dan ormas-ormasnya, Perombakan Kabinet Dwikora, dan Turunkan Harga Sandang Pangan. Demonstrasi yang terus berlanjut menyuarakan Tritura hingga jatuhnya Presiden Soekarno, ini menandakan jatuhnya Orde Lama. Dan juga dilanjutkan bubarnya PKI setelah itu, para kadernya menjadi gerakan bawah tanah, dan semua orang yang dicurigai PKI dibunuh dan bahkan sampai anak cucunya dijadikan sasaran kecurigaan yang terus berlanjut sampai saat sekarang ini. Bandingkan Dengan Tumbangnya Orde Baru. Partai apa yang berkuasa ketika Orba? Tentu tidak sulit menjawabnya. Partai Golkar tentu saja partai yang sangat berkuasa penuh selama orde baru tersebut. Semua orang tahu betapa besarnya kekuasaan yang dijalankan oleh partai ini. Soeharto yang menjadi Presiden Orba menjadikan Golkar sebagai partai yang hanya satu-satunya partai yang wajib dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia. Bahkan siapa saja rakyat yang tidak Golkar, maka siap-siap saja dicap sebagai PKI atau pemberontak ditengah-tengah masyarakat ketika itu. Lalu bagaimana setelah tumbangnya Orde Baru? Hanya Soeharto dan kroninya saja yang menjadi sasaran tembak bagi tumbangnya Orde ini. lalu bagaimana dengan Golkar? Tentu saja masih melenggang dan menari di pentas politik negeri ini, akarnya masih kuat. Apakah kita masih ingat salah satu tuntutan Reformasi adalah Bubarkan Golkar, dari beberapa tuntutan Reformasi 1998 diantaranya Turunkan Suharto, Bubarkan Golkar, Amandemen UUD, Pembubaran Dwifungsi ABRI, dan otonomi daerah, hanya Bubarkan Golkar yang tidak terwujud sampai sekarang ini. Kita seolah-olah lupa bahwa ini sebuah tuntutan, seolah-olah semuanya biasa-biasa saja. Pemimpin negeri yang katanya bersemangat Reformasi memimpin negeri ini, menutup mata dan berusahan memaafkan partai ini dan melupakan kejahatan-kejahatannya selama 32 tahun lebih menjadi penguasa di negeri ini. MK oh MK... Tertangkapnya Akil Mukhtar yang merupakan ketua MK, dan jangan lupakan beliau adalah politikus yang berasal dari Partai Golkar, merobek-robek semangat reformasi ini semakin runyam. Oh tidaaaak, rasanya mimpi ketika lembaga besar yang lahir dari semangat Reformasi dipercayakan kepada kader Golkar yang satu ini. Lalu beliau tertangkap dan merusak konstitusi ini berkeping-keping. Banyak yang teriak Bubarkan MK! Hahahaaaa....saya tertawa ketika ada yang mengatakan itu, seolah-olah kita lupa virus itu telah menusuk masuk ke dalam rezim reformasi saat ini. Banten yang menjadi rezim orde baru di negeri reformasi ini kita biarkan melenggang menang menjalankan dinastinya. Lagi-lagi Golkar ingin menancapkan giginya. Belum lagi Prov. Riau yang sampai saat sekarang ini partai ini menjadi darah daging rakyatnya, dan masih banyak fanatisme berlebihan terhadap partai yang satu ini. Mari berpikir ulang siapakah yang harus dibubarkan MK kah? atau Golkar kah? Jangan lupakan sejarah, karna iming-iming rezim apa lagi nanti yang akan berkuasa di negeri ini akan tetap sama saja jika tuntutan reformasi yang satu ini belum dilaksanakan. Ini hanya opini, jika anda suka, maka negeri ini saya yakin pasti akan lebih baik. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H