Lihat ke Halaman Asli

Untukmu Tuan

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuan yang berkuasa,

tataplah kehidupan kami, hidup di tepi kaki bumi, beratap awan sepi

tak henti meratapi dingin, lelap berselimut kabut.

Mentari yang menemani, memberi semangat untuk menjejaki jalan ini

menekuk sisa tulang, menghempas gelombang bersama angin. Tataplah kehidupan kami

tuan yang berkuasa,

anak kerikil menemani jalan panjang kami, satu generasi terlewati, tajam

menembus hati, anak-anak hanya ingin mengaji.

Tak ada deretan meja kokoh di kelas ini. Separuhnya tinggal menunggu mati

generasimu tak berakal, terpekur imaji: adakah guru datang hari ini?

Tuan yang berkuasa,

pupuk tak terbeli, jutaan bulir padi tak bisa dinikmati. Tiga bulan menanti

ruang perut kami tak bisa menanti. Gemuruh kematian berbaris rapi mengabari

petani akan mati.

tuan yang berkuasa,

bukan tentang materi, nasib kami tak sejalan dengan tumpukan uang sehari

beri kami ruang untuk berdikari, tegakkan rapuh kaki ini

sauh kami berharap mampu menerjang badai

kabar pembangunan jalan menuju sekolah bukan lagi janji

pupuk dan irigasi datang membawa asa yang lama terkubur mati

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline