Lihat ke Halaman Asli

Waithood

Diperbarui: 15 September 2021   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image by intographics from pixabay

Sebagai lelaki atau perempuan single di usia 25 tahun ke atas, tuntutan pernikahan pasti ada. Entah dari orang tua atau manusia-manusia julid di masyarakat yang cukup membuat telinga kita berdarah-darah. 

Jaman sudah berubah, generasi millenial cenderung memilih untuk melajang dan tidak memprioritaskan pernikahan atau yang biasa disebut sebagai "waithood". Istilah gampangnya ya memunda pernikahan.

Menurut penelitian, millenial cenderung memiliki kesadaran tinggi (awareness) tentang pernikahan. Persepsi tentang pernikahan sedikit banyaknya telah berubah.

Kita sebagai kaum millenial tidak lagi menganggap pernikahan sebagai suatu kompetisi, kita lebih sadar akan konsekuensi-konsekuensi dari sebuah pilihan untuk menikah. 

Tidak dipungkiri bahwa tuntutan hidup di era sekarang jauh lebih kompleks dibanding jaman dulu, katakanlah 10 atau 20 tahun ke belakang. Hal ini pun menjadi salah satu faktor kenapa para millenial memilih untuk tidak cepat-cepat menikah.

Banyak orang pasti beranggapan bahwa kita ini generasi pemilih atau bahasa kerennya selektif. Kalian pasti pernah curhat tentang percintaan ke teman bahwa alasan pedekate kalian dengan seseorang tidak berjalan lancar dan memutuskan untuk tidak melanjutkannya. 

Alasannya tentu bermacam-macam, bisa karena tidak nyambung, tidak sefrekuensi, atau tidak ada chemistry sama sekali.

Pada intinya sih tidak cocok. Kalau memang tidak klik atau tidak nyambung, rasanya percuma juga dipaksakan. Ketika kita bercerita tentang hal-hal tersebut, ada saja teman yang malah menganggap kalau kita ini orangnya pemilih atau pilih-pilih. 

Logikanya begini, kita ke toko baju saja pilih baju mana yang cocok dan pas untuk kita. Kita beli gorengan saja milih, beli susu di Alfamart milih, beli Aqua pun milih, padahal botol Aqua bentuknya ya itu-itu saja. Menurut saya pribadi, tidak mungkin kita tidak memilih. Iya kali, memilih pasangan hidup kayak beli gorengan, enak tidak enak tetap kita makan karena lapar.

Analogi ini sebenarnya sederhana. Tetapi untuk orang-orang yang sering bilang kalau kita pemilih, ya pada dasarnya mereka tidak ada di posisi kita. Kan yang pedekate kita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline