Tak diragukan lagi, lebih dari satu dekade terakhir ini kekuatan ganda campuran bulutangkis Indonesia selalu bersaing di level papan atas dunia perbulutangkisan. Berbagai gelar bergengsi terus dipersembahakan dari nomor ini. Mulai dari turnamen prestisius seperti All England, Kejuaraan dunia,berbagai turnamen berlevel super series/primer bahkan medali emas olimpiade pun dipersembahakan dari nomor ganda campuran. Tidak mengherankan jika pengurus besar PBSI bahkan para pecinta bulutangkis di tanah air menaruh harapan dan ekspektasi yang tinggi dari nomor ini. Terlebih setelah merebut medali emas olimpiade 2016 lewat pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, ganda campuran kembali menyumbangkan 2 gelar super series/primer (China dan Hongkong open) diakhir tahun 2016i lewat pasangan Owi/Butet (sapaan akrab TontowiAhmad/Liliyana Natsir).
Kejayaan nomor ganda campuran seakan mulai menghilang diawal tahun 2017 ini, betapatidak belum satu gelar pun dipersembahkan dari nomor ini. Setelah gagal mempertahankan juara turnamen prestisius All England, di 2 turnamen superseries/primer selanjutnya (India dan Malaysia) ganda campuran pulang dengan hasil nihil. Jangankan membawa pulang gelar juara, masuk final pun tidakpernah. Prestasi teringgi hanyalah Semifinal di Malaysia open dan kembali lagi lewat pasangan Owi/Butet. Sementara untuk level Grand Prix Gold ganda campuran juga masih belum memberikan gelar juara, dengan prestasi tertinggi adalah finalis Swiss open lewat pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto. Jikadibandingkan dengan hasil yang diperoleh tahun lalu, ganda campuran meraih 2 gelar super series primer yakni All England (Jordan/Debby) dan Malyasia Open(Owi Butet) ditambah dengan juara Syed Modi International (level Grand PrixGold) lewat pasangan Jordan/Debby.
Dari hasil Singapura open yang sementara berlangsung, hingga hari kedua gandan campuran tinggal menyisahkan dua wakil yakni lewat Jordan/Debby dan pasangan non Pelatnas Irfan Fadhilah/Weni Anggraini. Sementara tiga pasangan Pelatnas harusangkat koper di partai pertama, termasuk sang peraih medali emas Olimpiade 2016Owi/Butet. Pasangan yang tahun lalu berhasil mencapai babak semifinal, kali iniharus pulang di babak pertama setelah kalah dari pasangan non-unggulanThailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, 14-21, 16-21. Dua pasangan Pelatnas yang juga harus pulang dibabak pertama adalah Alfian EkoPrasetya/Annisa Saufika yang kalah 21-16, 11-21, 13-21 dari pasangan LeeYang/Hsu Ya Ching (Taiwan) sedangkan pasangan Ronald Alexander/Melati DaevaOktavianti dikandaskan wakil tuan rumah, Yong Kai Terry Hee/Wee Han Tan, 19-21,20-22.
Ironis memang melihat pencapain prestasi ganda campura diawal tahun 2017 ini, regenerasi penerus Owi/Butet bisa dibilang menjadi permasalahan yang harussegera dibenahi saat ini. Jordan/Debby yang digadang-gadang sebagai penerusOwi/Butet setelah meraih gelar All England 2016, malah tampil merosot tajam dengan tidak meraih satu gelar pun, baik di level Super Series/Primer maupunGrand Prix Gold. sementara para pelapis seperti Alfian EkoPrasetya/Annisa Saufika, Ronald Alexander/Melati DaevaOktavianti maupun Edi Subaktiar/Gloria Widjaja belum bisa mengimbangi performa yang stabil dari pebulutangkis mancanegara. Untuk level Grand Prix Gold saja, para penghuni Pelatnas ini juga belum bisa berbicara banyak, dan terlihat gampang kalah begitu saja. Berbanding terbalik dengan Tiongkok yang seolah-olah tidak ada habisnya generasi mereka. bahkan Zhang Nan yang baru dipasangkan dengan Li Yunhui telah menbus ranking 10 dunia.
PB PBSI sendiri telah melakukan beberapa cara dengan melakukan pertukaran pasangan seperti Owi/Gloria dengan tujuan memberikan mental bertanding yang baik bagi junior saat ditandemkan dengan pemain senior yang telah meraih berbagai gelar juara. Meskipun demikian, kemauan dan kesabaran pemain memang dituntut lebih untuk meraih juara. Butet pun telah memberikan signal agar para pelapis untuk segera bersaing di level papan atas. Karena meski masih menikmati perannya dengan menjadi andalan di setiap kejuaraan bergengsi, ia tetap berharap ada pemain pelapis yang mengiringi mereka, demi berjalannya roda regenerasi di sektor ganda campuran. "Kami ingin pemain pelapis juga bantu, ada yang naik (level). Saya yakin mereka juga mau, tetapi mereka butuh kesabaran, ketekunan, dan kerja keras yang lebih lagi untuk mengejar ke level atas," kata Butet setelah kalah di Semifinal Malaysia Open. Hal yang sangat masuk akal mengingat usia Butet yang sudah tidak mudah lagi. Pengurus PBSI terlebih tim pelatih pasti sudah melihat dan sedang mencari jalan keluar terbaik guna meneruskan prestasi membanggakan dari sektor gana campuran. Rasa-rasanya para pemain ganda campuran harus meniru kemauan tinggi dari Kevin Sanjaya/Marcus Gideon yang tidak mau kalah terhadap siapapun jika sudah mengikuti turnamen.
Kita tentu berharap Ganda Campuran terus memberikan gelar terbaik, mengingat selain ganda campuran dan ganda putra, nomor-nomor lainnya masih belum bisa memberikan prestasi yang membanggakan terhadap prestasi Bulutangkis Indonesia. Terus berbenah dan maju bulutangkis Indonesia...!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H