Lihat ke Halaman Asli

Kolaborasi

Diperbarui: 25 Februari 2022   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Pembelajaran kolaborasi merupakan pembelajaran yang melibatkan kerja sama antar guru, baik guru mata pelajaran sejenis maupun guru mata pelajaran yang berbeda”

Pada hari Kamis, 24 Februari 2022, saya – guru mata pelajaran matematika -  bersama-sama dengan Pak Anden Priyono, M.Kom - guru  Pemrograman Web dan Perangkat Bergerak (PWPB) –  melaksanakan pembelajaran secara bersama-sama, atau bisa dikatakan pembelajaran berbasis kolaborasi antar mata pelajaran. Pada awalnya kami berkeinginan melaksanakan pembelajaran kolaborasi antar mapel ini dengan guru mata pelajaran yang lain, seperti Bahasa Indonesia, Design Grafis, bahasa Inggris, atau mata pelajaran lain yang sekiranya bisa dilakukan kolaborasi. Namun memperhatikan situasi dan kondisi yang masih belum memungkinkan,  maka kami mengurungkan niat tersebut. InSya Allah pada kesempatan berikutnya rencana itu akan direalisasikan oleh rekan guru yang lain.   Keinginan kami waktu itu mengajak guru design grafis, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris untuk berkolaborasi, dengan pertimbangan bahwa pada proses penilaian nanti, siswa harus mempresentasikan produknya melalui video. Tentu saja aspek penilaian segi artistik design perancangan video  menjadi ranah mata pelajaran design grafis.  Untuk mata pelajaran bahasa Indonesia berkaitan dengan aspek penilaian kaidah dan sistematika penulisan suatu laporan. Sedangkan mata pelajaran Bahasa Inggris mungkin saja laporan akhirnya harus disusun menggunakan bahasa Inggris, dan ini menjadi ranah penilaian guru Bahasa Inggris.

Tujuan

Apa sebetulnya tujuan yang ingin dipetik dari pembelajaran kolaborasi antar mapel ini ?

  • Mempermudah peserta didik di dalam proses penyelesaian produk dan tidak banyak menyita waktu. Hal ini disebabkan bahwa satu proyek atau produk dihasilkan dari gabungan beberapa pelajaran.
  • Mendorong peserta didik untuk lebih kreatif dan inovatif karena penilaian akhirnya adalah suatu produk. Dalam hal ini produk  yang dihasilkan adalah pemrograman Javascript untuk merancang suatu simulator sederhana untuk menentukan hasil bayangan suatu obyek titik karena proses dilatasi.
  • Mengurangi beban kerja guru karena siswa dibimbing oleh beberapa guru yang berbeda mata pelajaran.
  • Mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran.
  • Menjalin kerjasama yang kompak dan serasi di antara sesama guru.

Untuk mencapai tujuan di atas, saya mencoba mengolaborasikan antar mata pelajaran untuk menghasilkan satu proyek atau produk.

Persiapan

  • Saya dan Pak Anden Priyono, M.Kom, membuat kesepakatan memilih Kompetensi Dasar (KD) dari masing-masing mata pelajaran, yang kira-kira sesuai dengan  produk yang akan dibuat siswa. Dari rembukan ini disepakti bahwa KD untuk mata pelajaran Matematika yang diambil adalah Transformasi Geometri berkaitan dengan Dilatasi. Sedangkan kompetensi dasar (KD) dari mata pelajaran PWPB adalah  penggunaan keyword Function dalam Java Script. Kedua KD tersebut kebetulan  dipelajari siswa bersamaan pada semester genap ini. Dimana dilatasi adalah materi dari transformasi geometri. Sedangkan function adalah Blok kode yang dibuat untuk melakukan tugas spesifik, sehingga bila ditemukan kesalahan programer dapat langsung menemukan sumber kesalahan.
  • Karena pembelajaran masih dilakukan daring (dalam jaringan), maka kami tetap memfungsikan Platform dari Learning Management System (LMS) Google Class Room. Semua media pembelajaran berupa video tutorial, LKPD interaktif, dan modul pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika dan PWPB, diunggah dalam ruang kelasnya masing-masing, paling tidak dua hari sebelum proses pembelajaran kolaborasi dilaksanakan. Hal ini bermaksud agar siswa mempunyai bekal pengetahuan tentang dilatasi dan function lebih awal, sehingga pada saat menyelesaikan produk, diharapkan mereka lebih siap.
  • Kami juga bekerjasama menyusun lembar kerja (Job-sheet), berisi prosedur kerja yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh siswa. Disepakati pula bahwa produk yang dihasilkan adalah suatu program simulasi untuk menentukan besarnya bayangan suatu obyek akibat dilatasi. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa  produk ini dijalankan dengan memasukkan nilai tertentu melalui popup promt, yaitu nilai ordinat dan nilai absis dari titik asal,  disertasi besarnya faktor dilatasi,  dan secara otomatis program akan menunjukkan hasil jawaban akhirnya. Diharapkan kegunaan produk ini bisa membantu siswa untuk menjadi rujukan jawaban yang benar, disaat siswa menyelesaikan soal secara manual.
  • Menyusun format penilaian.

Aktifitas siswa

Prosedur awal yang akan dilakukan siswa adalah mempelajari materi dilatasi melalui media yang dirancang sendiri oleh guru, yaitu berupa video tutorial  dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Interaktif dari aplikasi Liveworksheet. Selanjutnya hasil kerja siswa dari LKPD  tersebut dikirim siswa ke kantong tugas  Google Class Room sebagai bahan penilaian awal. Berikutnya siswa mempelajari materi tentang keyword function JavaScript, melalui video tutorial rancangan guru.  Dengan menyelesaikan latihan-latihan pemrograman sederhana tentang penggunaan tag function, diharapkan siswa lebih memahami materi. Melalui proses algoritma pemrograman, siswa mencoba mengeksplorasi pengetahuan dilatasi kedalam penulisan tag-tag javascript untuk merancang program berkaitan dengan dilatasi. Pada akhirnya, siswa mendokumentasikan produk hasil karyanya dalam bentuk video disertai narasinya, dilengkapi dengan laporan penulisan tag-tag HTML dan Java Script. Dokumen inilah yang akan digunakan guru sebagai salah satu unsur bahan penilaian.

Peran guru

Peran guru sebagai motivator dan fasilitator difasilitasi dengan pemanfaatan media “WA Group Kolaborasi”. Group tersebut dibuat untuk mengelola pembelajaran kolaborasi ini. Siswa menyampaikan kendala yang dihadapi saat proses perancangan produk melalui platform tersebut. Saya dan Pak Anden, membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan solusi yang tepat guna mengatasi kendala yang dihadapi siswa.  Permasalahan yang sering muncul adalah :  1). ketidak telitian siswa dalam menerapkan algoritma pemrograman, sehingga berdampak tidak berjalannya program seperti yang diharapkan.  2). Tidak lengkapnya penulisan tag HTML sehingga tampilan huruf (font) tidak terbaca secara jelas.

Harapan 

Alhamdulilah, rangkaian kegiatan pembelajaran berjalan lancar seperti harapan kami, meskipun pembelajaran berlangsung secara on-line. Dan, hampir tidak ada kendala berarti yang muncul. Salut dan apresiasi setinggi-tingginya kepada siswa yang telah aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti  bahwa komunikasi yang dibangun melalui medsos “WA group kolaborasi” ramai dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh siswa. Sebagian besar siswa mampu menuntaskan produknya dengan baik dan tepat waktu. Dari 36 siswa yang hadir,  25 siswa telah menyelesaikan produknya dengan benar. Sebagian kecil siswa yang lain masih dalam proses penyelesaian. Kami tetap memantau dan melakukan komunikasi kepada siswa tersebut, hingga mereka mampu menyelesaikan produknya.

Demikian, sekedar pengalaman nyata yang bisa kami bagikan. Semoga bermanfaat. Harapan kami bahwa model pembelajaran kolaborasi antar mapel seperti ini bisa dikembangkan lebih lanjut, serta melibatkan lebih banyak mata pelajaran lagi, khususnya di SMK Negeri 10 Semarang. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline