Lihat ke Halaman Asli

Setyoko Andra Veda

aparatur sipil

Aku Gagal Total!

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setan Cuk

Aku kalah. Sebagai se-(buah-orang-cuil-ekor? entahlah) setan di muka bumi ini, aku telah kalah telak. Bagaimana bisa setan kalah? Ini bukan semata-mata aku adalah fans MU yang beberapa pertandingan kemarin kalah dan sekarang jadi tim papan tengah di klasmen, tapi ini soal lain. Ini karena aku adalah benar-benar setan dan aku sudah kalah. Tugasku di muka bumi ini memang untuk berbuat jahat, untuk menyeimbangkan peradaban di bumi ini. Jika aku tak berbuat jahat, maka bumi ini akan sangat tidak seimbang, bumi ini akan hancur oleh kebaikan! Oleh karena itu, aku diberi surat tugas untuk berbuat jahat dan menghasut untuk berbuat jahat. Kebetulan aku cabang Indonesia. Itu semua semata-mata agar dunia ini seimbang. Bagaimana mungkin ada kebaikan jika tak ada kejahatan. Tidak ada orang yang berbuat baik tanpa adanya perbuatan yang jahat. Tapi terlepas dari tugasku untuk berbuat jahat, aku sudah kalah. Sekali lagi, aku kalah. Dunia ini akan hancur oleh kebaikan karena kejahatan sudah kalah. Aku tak bisa lagi berbuat jahat, bahkan menghasut untuk berbuat jahat pun aku tidak mampu. Jika ada orang yang kujahati, ia malah memberiku kebaikan, tidak membalas dengan kejahatan! Padahal tugasku adalah agar ia berbuat kejahatan dengan membalas perbuatan yang sama terhadapku. Dan entah mengapa orang-orang kini sudah tidak mudah untuk dihasut berbuat jahat. Aku tidak mengerti!! Dunia ini sangat tidak seimbang. Sekali lagi, tidak seimbang! Kebaikan terlalu BERLEBIHAN kadarnya di muka bumi, sedangkan kejahatan hampir punah! Kekalahan ini adalah yang terbesar sepanjang sejarahku di muka bumi. Tidak pernah kejahatan menelan kekalahan begitu telak dari kebaikan sebesar sekarang. Bagaimana mungkin setan tidak mampu berbuat jahat lagi di dunia? Bagaimana mungkin berbuat jahat pada orang yang akan menyelenggarakan kebaikan jika sudah ditimpa perbuatan jahat olehku? Sedangkan aku tak ingin ia berbuat kebaikan? Bagaimana aku dapat menimbulkan kejahatan kembali dan menyeimbangkan dunia? Ini semua gara-gara si Celeng Jancuk Kecu! Ia selalu kupanggil demikian. Untuk lebih mudahnya dalam menulis ini, namanya akan kusingkat menjadi CJK. Walau selalu kusebut ia CJK, sama sekali tidak ada kemarahan dalam perbuatannya, bahkan hatinya! Aku sudah mengeceknya, sampai ke hati si CJK itu aku mengembara untuk menelusuri kejahatan barang secuil saja, tapi nihil. Kebaikan telah merasuki dirinya, dan ia menjadi tidak seimbang. Aku kasihan benar padanya. Suatu hari CJK bertapa. Seharmal! Hanya seharmal ia bertapa. Ia meminta pada Tuhan Yang Maha Esa agar ia memiliki kemampuan untuk membuat orang menjadi baik selamanya. Ia ingin membuat negara ini menjadi baik seluruhnya, tidak ada kekisruhan dan kejahatan sama sekali. Lantas Tuhan mengabulkan permohonan si CJK. Begitu saja dikabulkanNya. Lantas aku mendatangi tokoh yang cukup mumpuni di Indonesia ini: Cak Nun. Aku bertanya pada Cak Nun, mengapa Tuhan begitu saja mengabulkan permintaan CJK? Lantas aku diceramahi oleh Cak Nun bahwa jika aku mau bertanya pada Tuhan, maka dialog yang terjadi kira-kira bakal seperti ini: "Dhuh Gusti, kenging menopo Panjenengan ngijabahi pandunganipun?" (Ya Tuhan, mengapa Engkau mengabulkan doanya?), tanyaku. (-jika aku jadi bertanya-) "Saiki Aku tak takon, Gustine iki Aku opo koe?" (Sekarang Aku bertanya, Tuhannya itu Aku atau kamu?) "Nggih saestu Panjenengan, dhuh Gusti Kang Maha Agung." (Tentu jelas Engkau, ya Tuhan Yang Maha Besar.) "Yo uwes nek ngono, karepKu to." (Ya sudah jika begitu, terserahKu kan) "Inggih." -- Lantas aku berpikir, mungkin Tuhan sedang mengujiku dengan si CJK itu. Aku dituntut untuk istiqomah pada jalan kejahatan dan tidak boleh menyerah. Mungkin Tuhan ingin mengetahui seberapa gigih dan konsisten aku dalam menjalankan tugasku. Maka seiring dengan dikabulkannya doa CJK, aku semakin gencar menghasut untuk berbuat jahat dan melakukan kejahatan. Yang paling keji sekali pun! Awalnya, orang-orang kuhasut untuk berlaku jahat, meminum alkohol 5 galon sampai modar! Memerkosa ramai-ramai gadis yang berjalan sendirian! Korupsi jangan tanggung-tanggung, harus di atas 1M. Jangan ada lagi yang maling sandal, minimal harus maling perhiasan emas! Membunuh tidak boleh langsung asal bunuh, harus terrencana dan matang, kalau bisa dimutilasi dan dibakar! Dan lain-lain sebagainya! Aku harus berlomba dengan CJK dalam memengaruhi orang-orang. Di lain pihak, CJK dengan para tim suksesnya memengaruhi orang agar berbuat kebaikan selamanya. Bahkan orang yang dijahati dengan keji hasil perbuatanku, mereka terpengaruh oleh CJK untuk berbuat baik. Bahkan tidak ada yang lebih baik dalam berbuat pada masa itu selain pengikutnya! Ya, semudah itu! Ini benar-benar ujian yang berat buatku. Semudah itu CJK menghilangkan kejahatan beserta benih-benihnya dari dalam diri manusia, sedangkan aku harus melalui prosedur untuk menghasut para manusia berbuat jahat. Pertama aku harus menghasut hatinya, dalam menghasut itu aku masih harus melawan akal sehat dan nuraninya. Tidak mudah melakukan itu. Dari 100 orang yang kuhasut, paling pol hanya 30 saja yang berhasil. Jika aku sudah berhasil, maka jadilah ia berbuat jahat. Itu pun kalau dia tidak keburu disadarkan oleh orang lain. Atau bisa dengan cara lain, aku menjahati manusia, lantas ia akan berbuat balik jahat kepadaku. Tapi aku harus memilih orang yang benar-benar bisa berbuat jahat. Orang dengan hati yang kosong. Tapi usahaku semua itu sia-sia. Orang yang kuhasut keburu disadarkan orang lain yang sudah dipengaruhi CJK. Sedangkan orang yang kujahati pasti hatinya telah terisi kebaikan dari CJK. Begitu cepat wabah kebaikan itu menyebar. Aku telah kalah cepat untuk bersafari keliling Indonesia daripada CJK. CJK tak perlu repot-repot bersafari kesana-kemari, hanya dengan berinteraksi sejenak maka orang itu akan berbuat baik selamanya. Orang yang dipengaruhi itu akan berinteraksi dengan orang lain sejenak, lalu orang lain akan berbuat baik pula. Hanya dengan seperti itu! Semudah itu! Singkat cerita, kejahatan pun runtuh. Gembong-gembong narkoba dan para pengikutnya, Para sindikat perdagangan manusia, Para penghilang paksa, semua menyerahkan diri ke kantor polisi terdekat. Bukan hanya itu, penjahat-penjahat lain, koruptor, pembunuh, maling kelas teri sampai kelas paus, pekerja nafsu dan maksiat, pembuat miras dan narkotik, para penebang kayu ilegal, preman, bahkan rentenir kecil-kecilan, dan lain-lain sebagainya yang tidak bisa kusebutkan satu-satu, mereka datang ramai-ramai dengan menangis, menyesali perbuatannya seperti anak kecil. Pistol-pistol dan senjata lain yang mereka punya diserahkan begitu saja. Pak polisi pun semua terharu dengan kejadian itu lantas memaafkannya. Mereka berpelukan disertai tangis haru. Semua yang pernah berbuat jahat mengakuinya pada orang yang dijahati, lalu orang yang dijahati itu memaafkannya begitu saja. Pak polisi minta bantuan para kiai untuk membimbing mereka semua. Ajaib! Tuhan telah berkehendak! Kuulangi, kejahatan hampir punah. Kukatakan hampir karena tinggal aku saja yang jahat. Aku satu-satunya! Aku istimewa! Tidak ada manusia yang bisa berbuat jahat lagi. Semua dipengaruhi oleh CJK untuk berbuat baik. CJK dalam waktu 5 tahun saja sudah memperbaiki Indonesia dan kini ia adalah seorang presiden yang disegani di seluruh dunia. Indonesia menjadi negara kebaikan nomor satu! Pelopor kebaikan di muka bumi. Dan hanya ada satu nama yang harus bertanggung jawab atas kebaikan-kebaikan yang telah disebarkan di dunia: Celeng Jancuk Kecu! Sebagai setan, aku telah gagal. Aku kalah. Tak tanggung-tanggung, aku kalah telak. Kejahatan telah kalah, sedangkan kebaikan kini akan berkuasa mutlak di bumi, Indonesia sebagai acuannya, sebagai pelopornya. Aku mendapat marah dari petinggi setan di berbagai perwakilan negara-negara di dunia karena ketidakmampuanku dalam menghalangi kebaikan itu menyebar, karena ketidakmampuanku dalam memerangi kebaikan. Namun, dalam beberapa waktu yang singkat, para setan yang lain dari berbagai negara juga tidak mampu menghadang kebaikan yang menyebar luas bagai wabah. Bahkan kini nafas yang dihembuskan oleh orang yang berbuat baik pun jika tercampur di udara bebas akan menimbulkan virus kebaikan yang menjangkit orang-orang di sekitarnya. Kejahatan punah! Aku gagal! Selamat tinggal semuanya! Semoga kalian akan merindukan aku..

Kebumen, 12 Januari 2014

Setyoko Andra Veda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline