Lihat ke Halaman Asli

Mely Sagita

Mahasiswa

Kesehatan Mental Siswa, Pentingnya Dukungan dalam Proses Pembelajaran

Diperbarui: 10 Oktober 2024   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: oleh Mely Sagita

Kesehatan mental memiliki peran khusus dalam proses belajar-mengajar. Saat siswa merasa sehat secara mental, mereka lebih fokus dan termotivasi, mereka juga lebih mampu berinteraksi dengan teman sebaya, guru, dan orang orang di sekitarnya. Di sisi lain, masalah kesehatan mental dapat menghambat proses perkembangan akademis dan jaring sosial siswa, menyebabkan konsekuensi jangka panjang. 

Dalam hal wilayah pendidikan, kesehatan mental bukan hanya menyangkut  prestasi akademik, namun juga keterampilan hidup. Siswa dengan kesehatan mental yang positif lebih mampu menanggulangi stres, beradaptasi dengan perubahan, dan membangun hubungan sosial yang positif. Oleh sebab itu, hal ini diperlukan pembelaan terhadap kesehatan mental untuk menjadi pundak sistem pendidikan.

Tekanan akademis merupakan komponen kunci yang memengaruhi kesehatan mental seorang siswa. Diberbagai tugas dan aktivitas, mencapai hasil pembelajaran, bersaing dengan rekan sejawat, memuaskan orang tua adalah beban siswa dalam pendidikan. Tuntutan tesebut dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan lelah berpikir, yang dapat menggangu proses pembelajaran siswa. 

Faktor-faktor seperti lingkungan keluarga yang tidak stabil, masalah sosial, dan perubahan signifikan seperti perceraian orang tua atau kehilangan orang yang dicintai juga mempengaruhi kerentanan emosional siswa. Situasi global, seperti pandemi, memperburuk situasiunya, menyebabkan isolasi dan ketidakpastian.

Masalah kesehatan mental di kalangan siswa, seperti kecemasan, depresi, dan stres, semakin meningkat dan menjadi perhatian serius di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini sangat beragam, mulai dari tekanan akademis hingga masalah sosial dan lingkungan.

Banyak siswa mengalami kecemasan yang berkaitan dengan prestasi akademis, interaksi sosial, dan ekspektasi dari orang tua dan guru. Kecemasan ini dapat berupa fobia sosial atau gangguan kecemasan menyeluruh. 

Depresi di kalangan siswa sering kali tidak terdiagnosis. Gejala dapat mencakup perasaan sedih yang berkepanjangankehilangan minat dalam aktivitas yang sebelumnya disukai, dan kesulitan berkonsentrasi. Stres akademis, yang disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan, jadwal yang padat, dan tekanan untuk berprestasi, dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang lebih serius jika tidak ditangani dengan baik.

Masalah kesehatan mental yang tidak ditangani dapat berdampak negatif pada prestasi akademis siswa. Stres dan kecemasan dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi belajar, dan menyebabkan penurunan kualitas tidur, yang semuanya berkontribusi pada penurunan prestasi akademis. 

Kegagalan untuk mengatasi masalah kesehatan mental di kalangan siswa dapat berlanjut hingga dewasa, sehingga mempengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka serta membatasi kesempatan untuk menjalani kehidupan yang memuaskan.

Menyediakan akses langsung bagi siswa yang membutuhkan dukungan emosional. Konselor dapat membantu siswa mengatasi masalah pribadi, akademis, dan sosial. Mengadakan sesi konseling kelompok yang membahas isu-isu tertentu, seperti manajemen stres, kecemasan ujian, atau hubungan antar teman. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline