Lihat ke Halaman Asli

Melva Firdhian Nabillah

Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Petik Pelajaran dari Alur Film Ngeri-ngeri Sedap

Diperbarui: 19 September 2023   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film Ngeri-Ngeri Sedap yang disutradarai oleh Bene Dion diangkat dari sebuah novel yang berjudul sama. Film ini menceritakan kisah sebuah keluarga yang berasal dari Suku Batak di Medan, Sumatera Utara. Keluarga ini kental akan budaya Batak dan masih mempertahankan tradisinya. Film ini berlatarkan pedesaan dan perkotaan dengan alur maju. Film ini bergenre drama-komedi, yang mampu memberikan kesan dan pesan dengan suasana dramatis sekaligus menghibur.

Kisah ini berawal di sebuah daerah di Sumatra Utara, tinggallah seorang ayah yang akrab disapa Pak Domu, ibu yang akrab disapa Mak Domu, dan seorang anak perempuan bernama Sarma. Sepasang suami istri ini sebenarnya memiliki 4 orang anak, namun 3 orang anak laki-lakinya sedang merantau ke pulau Jawa, yaitu Domu, Gabe, dan Sahat.

Domu bekerja di Bandung sebagai pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Gabe sebagai komedian di sebuah acara televisi, sementara Sahat membantu mengembangkan pertanian di desa tempat bapak pengasuhnya tinggal, dan Sarma bekerja di kampung halamannya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Ketiga anak laki-laki tersebut sudah lama tidak kembali ke kampung halamannya, disebabkan kesibukan mereka masing-masing, ditambah lagi Domu yang ingin menikah dengan gadis yang berasal dari Suku Sunda yang tentunya tidak diberi izin oleh keluarganya di Medan, Sumatera Utara.

Pak Domu dan Mak Domu ingin sekali anak-anaknya kembali pulang. Karena rindu yang amat berat, akibatnya mereka merencanakan sesuatu yang dapat membuat anak-anaknya kembali ke kampung halaman. Rencana ini bahkan tidak diketahui oleh anak perempuannya, Sarma, meskipun mereka tinggal satu rumah.

Pak Domu dan Mak Domu berencana untuk membuat sandiwara seakan-akan mereka terlihat bertengkar hebat, dan hampir bercerai. Dengan begitu, mereka mengharapkan anak-anaknya kembali pulang.

Sarma yang mengira pertengkaran tersebut adalah benar, ia panik, dan menghubungi saudara-saudaranya di perantauan. Dengan terpaksa, Domu, Gabe, dan Sahat akhirnya mulai mengatur jadwal kepulangan mereka ke Medan.

Singkat cerita, mereka tiba di kampung halamannya, Medan, Sumatera Utara. Mereka mencari cara dan berusaha menyelesaikan masalah keluarganya dengan membawa Pak Domu dan Mak Domu pergi berlibur. Hal ini bertujuan agar ibu dan ayahnya tidak merasa dihakimi. Mereka berusaha mengobrol, dan menuangkan isi pikiran, sayangnya yang terjadi adalah kecanggungan belaka. Liburan tersebut tidak membuat mereka menemukan titik terang dari masalahnya.

Tidak sampai di situ, Pak Domu dan Mak Domu mengulur-ngulur pertengkaran agar anaknya tidak kembali ke perantauan sebelum acara adat yang diselenggarakan Neneknya dimulai. Karena acara adat yang Neneknya rencanakan wajib dihadiri oleh cucu-cucunya.

Ada adegan di mana keempat anaknya mengeluarkan isi hatinya. Sarma yang bercita-cita menjadi koki, harus mengurung mimpinya karena ayahnya tidak mengizinkan Sarma merantau. Gabe yang tidak pernah dibanggakan karena ia menjadi seorang komedian, begitu juga dengan Domu dan Sahat.

Gabe yang sudah dihubungi dari pihak agensinya untuk kembali ke perantauan, memaksakan dirinya dan berbicara kepada saudara-saudaranya bahwa ia ingin kembali ke perantauan, Karena jika tidak, kontraknya akan diputus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline