Lihat ke Halaman Asli

Meltry SilvaniDesta

Asisten Psikolog

Mengulik Halo Effect Lebih Dalam Serta Dampaknya

Diperbarui: 25 Oktober 2023   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mengulik halo effect lebih dalam serta dampaknya

 A. Kasandra Putranto, Meltry Silvani Desta, Bilqis Sekar Ayu Maharani, Fahrani Elvina Nindita

 

Belakangan ini sedang marak fenomena saat individu cenderung cepat membentuk asumsi akan perilaku atau kepribadian orang lain berdasarkan informasi yang terbatas, antara lain hanya melalui penampilan atau latar belakang pendidikan seseorang. 

Hal ini juga tampak pada fenomena di media sosial, yang hanya berdasarkan  beberapa unggahan foto dan video dari seorang influencer, dengan cepat masyarakat dapat membuat kesimpulan yang memberikan label kepada influencer tersebut sebagai seseorang yang sangat peduli dengan lingkungan sekitarnya atau sebaliknya merupakan seseorang yang hanya mencari sensasi.

Fenomena pemberian label kepada orang lain berdasarkan informasi yang sangat terbatas dapat dijelaskan melalui konsep halo effect di psikologi. 'Halo Effect' adalah bias kognitif dalam pembentukan impresi terhadap seseorang (Nicolau et al., 2020). 

Saat seseorang sudah menangkap satu karakteristik dari seseorang, baik itu baik atau buruk, selanjutnya karakteristik mereka yang lain secara otomatis akan dianggap sejalan dengan impresi awal yang sudah dibangun (Nisbett & Wilson,1977). 

Menurut Forgas & Laham (2016), halo effect adalah sebuah fenomena psikologi saat banyak ekspektasi muncul untuk seseorang berdasarkan satu sifat daripada analisis dengan level lebih tinggi mengenai seseorang. 

Sebagai contoh, jika bertemu dengan seorang influencer dengan gelar profesor, maka orang tersebut akan diyakini sebagai seseorang yang pintar dan semua karakteristik buruk yang terlihat akan diabaikan, yang selanjutnya tanpa disengaja impresi publik kepada influencer tersebut akan menjadi positif, dengan meyakini kredibilitasnya sebagai orang berpendidikan tanpa mempertimbangkan kepribadian yang ia miliki.

Bias kognitif ini rapat terjadi karena adanya kecenderungan individu untuk memproses suatu informasi di lingkungan melalui jalan pintas; cepat, simpel, dan tidak memerlukan usaha yang besar (Forgas & Laham, 2016). Kecenderungan otak inilah yang menyebabkan adanya suatu stereotip dalam kehidupan sosial. Dengan demikian, halo effect juga dapat dilihat sebagai bentuk lain dari perilaku stereotip (Eagly et al., 1991).

Setelah halo effect terjadi, impresi atau label yang telah di tanamkan pada seseorang akan membuat masyarakat mempercayai stereotip yang ada pada label karakteristik tersebut untuk jangka waktu yang lama. Fenomena lanjut ini disebabkan karena adanya confirmation bias setelah hadirnya halo effect

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline