Perlu kita ketahui bahwasanya Indonesia memiliki berbagai dongeng di dalamnya baik berupa legenda, mite, dan cerita-cerita rakyat lainnya. Cerita-Cerita tersebut disampaikan secara turun-temurun dari mulut ke mulut. Namun, di zaman sekarang ini sudah jarang sekali tersampaikannya legenda-legenda tersebut secara lisan, sehingga diperlukannya penyampaian secara tertulis. Penulisan cerita rakyat sangat amat penting bagi generasi muda agar eksistensi amanat tersurat maupun tersirat dalam cerita rakyat Indonesia tersebut tidak hilang.
Di sini saya akan mencantumkan hasil terjemahan legenda Sasakala Arca Domas yang saya ambil dari situs http://dongeng-uing.blogspot.com/2008/07/sasakala-arca-domas.html yang masih tertulis dalam bahasa Sunda. Berikut hasil terjemahannya:
Di Gunung Cibodas, Kabupaten Bogor, ada banyak patung batu yang disebut Arcadomas. Konon patung batu tersebut berjumlah delapan ratus, diambil dari kata domas yang berarti delapan ratus. Dan katanya pula, yang menjadi patung-patung tersebut adalah orang Pajajaran yang tidak mau menerima ajaran Islam. Asal mula kisahnya seperti ini:
Legenda Sasakala Arca Domas
Alkisah, ada sebuah kerajaan besar yang dikenal sebagai Kerajaan Pajajaran. Kerajaan ini berada di wilayah Bogor. Wilayah kekuasaanya dikelilingi oleh dinding yang sangat kuat. Halamannya tersebar luas di mana-mana, dan setiap halaman dijaga ketat oleh tentara yang kuat senjatanya. Siapa yang ingin memasuki pusat Kerajaan tersebut harus melewati halaman-halaman itu terlebih dahulu.
Yang menjadi raja di Pajajaran saat itu dijuluki dengan panggilan Sang Prabu Siliwangi. Raja Prabu Siliwangi adalah seorang Hindu yang mana merupakan agama yang dipakai orang-orang saat itu. Agama Hindu saat itu bukan hanya tersebar di sekitar pulau Jawa, tetapi juga hampir di seluruh nusantara. Agama itu berasal dari India. Agama tersebut tersebar di wilayah Pajajaran sudah dari zaman dahulu yang dibawa oleh orang India yang datang.
Namun di beberapa tempat, sudah banyak juga yang menganut agama Islam. Sudah banyak ditemukannya kerajaan-kerajan Islam, seperti kerajaan Demak, Cirebon, dan Banten. Begitu juga dengan Pelabuhan Sunda Kelapa, yang telah hilang dari Banten. Ada banyak orang yang mengikuti Islam. Islam sudah menyebar luas karena Wali Sanga. Kerajaan Islam yang bertetangga dengan Pajajaran adalah Kerajaan Banten yang diperintah oleh Sultan Hasanudin. Pusat kota kerajaan tersebut berada di Surosowan, yang letaknya dekat dengan Pantai Banten. Dalam waktu singkat Kerajaan Banten telah berubah menjadi kerajaan besar. Islam dijadikan agama resmi kerajaan.
Sultan Banten memiliki niat, mengislamkan Kerajaan Pajajaran. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengajak Raja Prabu Siliwangi masuk Islam. Dan jika raja telah memeluk Islam, tentu masyarakat akan mengikuti. Kemudian Sultan Banten mengirimkan seorang utusan. Utusan itu membawa surat untuk Prabu Siliwangi.
Singkat cerita utusan tersebut telah tiba di Pajajaran. Surat tersebut diterima oleh Prabu Siliwangi, kemudian dibaca bersama. Surat itu berisi nasihat agar raja dan rakyatnya bisa menerima agama Islam. Jika tidak, maka pihak Kerajaan Banten akan datang langsung ke Kerajaan Pajajaran. Melihat itu, Raja Prabu Siliwangi tidak keberatan sama sekali. Dia mengerti kalau Kerajaan Banten memiliki senjata yang kuat dan lengkap. Raja yakin bahwa mereka tidak bermusuhan. Tapi di sisi lain, Prabu Siliwangi tak akan goyah dengan agamanya, dan tujuannya adalah untuk mempertahankan iman, bahwa Hindu bukan agama yang salah, nasihat itu dengan suara bulat ditolak olehnya.
Orang yang membawa surat dari Banten itu masih termasuk orang Pajajaran, tapi sudah lama berkelana di Banten, bahkan sudah pernah ke Mekkah dan sudah mengkaji ajaran Islam yang mendalam. Dia juga termasuk ulama besar, namanya Kan Santang. Termasuk salah satu tokoh Sultan Banten. Sekembalinya Kean Santang, Prabu Siliwangi mengumpulkan para mentri, senapati, dan jabatan lainnya dengan tujuan ingin membicarakan urusan negara terkait penolakan atas nasehat Sultan Banten. Tidak mungkin, kata dia, Banten pasti akan datang ke sini. Meski waktunya tidak pasti, kita harus mempersiapkan sesuatu mulai dari sekarang. Raja memanggil panglima tertinggi yang bernama Norogol untuk mempertahanan benteng. Beberapa panglima perang telah diperintah untuk melindungi jalur gunung, agar musuh tidak bisa masuk ke Kerajaan Pajajaran. Perintah Raja dilaksanakan dan semua bersiap untuk menyerang musuh.
Diceritakan ada seorang bernama Wirakarta yaitu seorang panglima perang muda, dia merasa tidak enak karena tidak diperintah apapun oleh senapati. Dia berpikir bahwa alasannya yaitu karena dia adalah kakak Kean Santang yang mendapat julukan "Macan Nusa Jawa" karena kehebatannya, keberaniannya, dan keperkasaannya.
Wirakarta sangat penasaran dan merasa memiliki kewajiban untuk mempertahankan kerajaan, dia cepat-cepat datang kepada Raja, meminta untuk diberikan tugas . Walau bagaimanapun juga dia adalah orang Pajajaran. Walaupun terkait persaudaraan dengan Kan Santang, hati kecil wirakarta membela kerajannya.