sumber: Intele.net
Boleh dibilang negeri kita ini keranjingan social media (sosmed), dari jomblo yang hobi stalking akun facebook gadis idamannya, wota yang delusi akun twitter member JKT48 sampai politikus yang hobi twitwar soal kebijakan pemerintah. Yah, itulah yang terjadi di negara kita dimana penggunaan social media begitu marak.
Lihat saja jumlah pengguna social media di negara kita, pada tahun 2012 aja sudah mencapai lebih dari 43 juta. Belum lagi peningkatan pengguna social media. Pada tahun 2013 saja pengguna social media kita naik 28 % dan naik 18 % pada tahun 2014. Mayoritas pengguna social media memiliki akun facebook, twitter, dan google+.
Sumber: sosmedtoday.com
Sumber: emarkter.com dari sosmedtoday.com
Selain itu, Sosial media terbukti efektif sebagai wahana penyampaian informasi. Coba kita lihat dalam pemilukada DKI 2012 maupun Pilpres 2014. Social media berhasil menjadi bagian penting dalam kampanye para Cagub dan Capres. Masih ingat dengan maraknya “tentara” dunia maya bayaran seperti Panastak dan Panasbung? Begitupula dalam kontrol kebijakan pemerintah maupun parpol, social media berhasil menekan kebijakan parpol atau pemerintah yang tidak populer. Tag #ShameonyouSBY berhasil menekan mantan Presiden SBY sebagai ketua Partai Demokrat untuk mengeluarkan Perpu Pilakada Langsung.
Dari sana saya mempunyai ide, bagiamana kalau BI (Bank Indonesia) menggunakan social media untuk menjaga stabilitas sistem keuangan ?
Kita kembali dulu kedalam teori risiko sistemik, Kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan merupakan "achilles heels" dari stabilitas sistem keuangan. Jadi, saat kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan hilang maka sistem keuangan menjadi tidak stabil. Intinya, saat kepercayaan masayarkaat terhadap sistem keuangan dapat dipertahankan maka stabilitas sistem keuangan juga akan bertahan.
Lalu bagaimanakah kepercayaan masayarakat bisa menghilang ? Penyebabnya adalah terjadi kepanikan di masyarakat akibat adanya asymmetric information seperti isu-isu atau kabar angin. Oleh karena itu, Jika kita dapat menaggulangi asymmetric information dalam masyarakat maka stabilitas sistem keuangan dapat dipertahankan.