Lihat ke Halaman Asli

Jalan Jannah, Tak Mudah

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13436816413763031

Beberapa waktu terakhir, saya memiliki kegiatan tambahan. Membaca bersama anak-anak. Istimewa sekali. Karena kami, saya dan mereka, akan membaca satu atau beberapa buku bersama-sama. Tak selalu harus duduk manis melipat tangan. Terkadang, saya bagai gula yang dikerumuni semut. :D

Saya senang sekali dengan kegiatan tambahan ini. Saya jadi bisa membaca lebih banyak buku, belajar public speaking, belajar berekspresi, belajar tak canggung, agar anak-anak tak bosan saat saya bercerita. Di samping itu, buku-buku cerita anak yang saya miliki, menjadi jauh lebih bermanfaat. Tak sekedar tersimpan rapi di rak buku lagi.

Dibalik keceriaan yang tercipta, ada perasaan miris, sedih, kecewa, haru yang saya rasakan. Mengapa?

Anak-anak yang kami kunjungi, tinggal di panti dengan fasilitas yang sangat minim. Jauh dari sanak saudara, bahkan lebaran pun tiada tempat yang dapat dikunjungi, tak ada pula yang mengunjungi. Sedih.

Ada yang harus tidur berdesakan dan saling mengalah. Tak mengenal nyamannya istirahat malam. Bagaimana tidak berlaku demikian, jika lima puluh kasur yang tersedia, harus cukup untuk tidur seratusan anak. Miris.

Tak sedikit pula, yang jatah uang makan pada satu panti Rp.6500 per anak per hari. Namun anak-anaknya tak pernah kehilangan semangat untuk belajar, untuk berbagi dalam kesempitan, untuk senantiasa tersenyum dalam kesulitan. "Meski kami cuma makan pakai tempe, yang penting kami tetap bisa belajar, membaca banyak buku." Haru.

Namun, ada kecewa yang tersingkap dari jarak yang paling dekat. Satu tempat yang seharusnya mendapat perhatian lebih. Sebuah panti yang telah punya nama. Jumlah anak tak banyak. Hanya tujuh belas orang anak laki-laki dari usia SD hingga SMA. Jatah uang makan yang disediakan pengurus Rp.2500 per anak per hari. Artinya, setiap hari untuk sekali makan seorang anak, jatahnya Rp.833.

Mengingat jarak tempuh dari lokasinya yang tak sampai 30 menit perjalanan dari pusat kota Banda Aceh, rasanya sukar dipercaya, panti ini luput dari perhatian Dinas Sosial, BAZNAS, atau pemda setempat. Apakah ada permainan tak patut di antara pengurus panti ini? Ah, bukankah dana MTQ dan Al Qur'an saja bisa dipangkas? *su'udzon. Inilah kecewa pertama saya.

Sepertinya, saya banyak su'udzonnya ketika bermain ke satu tempat ini. :'(

Hal lain yang membuat saya kecewa adalah sikap anak-anaknya. Acuh, kadang bersuara keras pada ibu pengasuh mereka yang hanya seorang, dan ada anak yang merokok. Saya merasa sangat kecewa sekali mengetahui hal ini. Tidak suka. Pantaskah saya kecewa? Mengapa saya harus tidak suka?

Hal ini, saya ceritakan pula pada Mbak Inge, tokoh idola saya (hehehe).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline