Lihat ke Halaman Asli

Anak Kritis, Kreatif, dan Problem Solving... Why Not ???

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menjadikan anak berfikir kritis merupakan salah satu tujuan dari pendidikan. Dengan cara dan metode yang berbeda-beda, guru dapat merubah anak menjadi berfikir secara kritis sesuai yang diharapkan seorang guru tersebut dalam pendidikan. Tetapi, tak semua metode dan strategi dapat berjalan dengan lancar dan baik. Seorang pendidik sebaiknya dapat memilih strategi dan metode mana yang dapat digunakan agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai. Bettul tidaak ???

Menurut salah satu tokoh, yaitu Halpen (1996), dia mengemukakan bahwa berfikir kritis merupakan memberdayakan ketrampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Jadi, berikir kritis tidak hanya mencapai tujuan dengan menggunakan strategi kognitif yang baik, tetapi ketrampilan dalam berfikir juga harus diberdayakan dengan baik.

Ada juga karakteristik berfikir kritis yang dikemukakan oleh Beyer (1995:12-15) yaitu pada watak (dispositions), kriteria (criteria), argumen (argument), pemikiran (reasoning), sudut pandang (point of view), dan prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria).

Benarkah semua anak pada dasarnya kreatif ???

Ya!!! Jadi, guru hanya perlu menyediakan lingkungan yang benar untuk membebaskan seluruh potensi kreatifnya. Seorang pendidik sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk menjadi kreatif, bebaskan mereka untuk melakukan, memegang, menggambar, membentuk, dan membuat dengan caranya sendiri dan pengalamannya sendiri. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya.

Anak dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu, ketika anak mengembangkan kekreatifannya. Pada anak usia dini, salah satu cara yang mampu mengembangkan kreativitasnya yaitu dengan membebaskan anak menuangkan pikirannya.

Bagaimana dengan problem solver ???

Siswa dapat dikatakan sebagai problem solver apabila siswa dapat melakukan hal- hal seperti siswa dalam belajar tidak hanya sekedar mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahami pelajaran tersebut secara penuh. Selain itu, siswa mempunyai kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki, mengetahui perbedaan fakta dan pendapat, serta dapat mengembangkan kemampuannya dalam membuat keputusan secara objektif. Dan.... siswa juga dapat memahami hubungan antara apa yang dipelajarinya dengan kehidupan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).

Teori Hemisphere !!! yaaa itulah teori yang menjelaskan tentang bekahan otak kanan dan belahan otak kiri. Teori belahan otak kanan adalah belahan otak yang berfungsi dalam hal berkreativitas, sedangkan belahan otak kiri berperan dalam kegiatan motorik (motor sequence) yaitu berhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian dan matematika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline