Kaluna, adalah seorang gadis "Budak Korporat" yang berusaha menjalani frugal living di tengah gemerlap Kota Jakarta. Setiap hari dia sibuk mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran keuangannya, lalu mengutak atik simulasi KPR di layar monitor meja kantornya
Kaluna yang diperankan oleh Yunita Siregar, menjadi tokoh sentral di Film "Home Sweet Loan" , karya sutradara Sabrina Rochelle Kalangie. Sebuah film drama keluarga, yang penuh emosi serta haru, yang diadaptasi dari novel karya Almira Bastari.
Kaluna, sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, setiap hari harus terus mengalah pada kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga namun masih tinggal satu atap di rumah peninggalan Kakeknya. Entah urusan beres-beres rumah, maupun pengeluaran rumah tangga. Kaluna yang belum menikah, selalu dianggap belum memiliki tanggungan, sehingga bisa dibebani tanggung jawab untuk "membantu keluarga".
Dari sinilah, semua konflik keluarga itu dimulai. Satu rumah untuk 3 kepala keluarga, jelas tak baik dan tak sehat secara fisik dan mental.
Di film ini ada banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Termasuk apa alasan Kaluna begitu "ngototnya" ingin membeli rumah sendiri, hingga rela hidup irit dan menahan banyak keinginan lainnya.
1. Hidup Mandiri
Kedua kakak Kaluna masih tinggal satu atap dengan orang tuanya setelah menikah. Padahal mereka telah membawa pasangan masing-masing dan bahkan telah memiliki anak.
Tentu bagaimanapun juga, secara psikologis orang tua akan terus merasa perlu melindungi anak, atau bahkan membantu keuangan mereka. Seperti saat adegan sang Ibu yang tak tega, ketika anaknya memiliki masalah keuangan. Sehingga masalah keuangan anak yang telah berkeluarga masih harus ditanggung bersama oleh anggota keluarga lainnya.
Memiliki rumah sendiri, juga berarti belajar bertanggung jawab pada tugas dan kewajiban untuk mengurus rumah sendiri. Tidak seperti kakak-kakak Kaluna yang justru membebankan urusan beberes rumah pada Kaluna dan Ibunya.