Lihat ke Halaman Asli

melisa emeraldina

TERVERIFIKASI

Menulis untuk Berbagi Pengalaman

Tradisi Baju Lebaran dan Persaingan Sengit Berbagai Brand

Diperbarui: 7 April 2024   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Belanja Baju Lebaran (sumber: Freepik)

Indonesia memiliki sebuah tradisi unik dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Momen spesial yang hadir setiap satu tahun sekali  ini, selalu dinanti dan dilengkapi dengan baju baru. 

Dahulu, bagi banyak orang, baju baru hanya dibeli saat Lebaran. Maka momen Lebaran akan selalu istimewa, karena seolah menjadi kesempatan untuk mengenakan baju baru. 

Hingga saat ini, kebiasaan membeli baju Lebaran masih terus berjalan. Hasil survei terbaru oleh Populix pada Maret 2024 menyatakan bahwa sebanyak 52,4% masyarakat mengaku masih suka membeli baju baru untuk lebaran. Masih berdasar survey itu, 69% dari 2765 responden, mengungkap bahwa mereka menyediakan dana sebesar Rp 200.000,- hingga Rp 500.000,- khusus untuk membeli baju Lebaran diri sendiri. 

Apalagi, Indonesia adalah negara dengan jumlah Muslim terbanyak kedua di dunia. World Population Review menyebutkan bahwa di Indonesia Indonesia ada sekitar 236 juta penduduk yang beragama Islam. (Sumber cnbcindonesia.com ). Melihat data ini, tradisi berbaju baru saat Lebaran tentu menjadi peluang besar bagi para pegiat bisnis fashion. Mereka umumnya akan menggarap serius koleksi Lebaran, untuk siap diluncurkan sebelum bulan Ramadhan tiba. 

Koleksi baju Lebaran bahkan bukan hanya dikeluarkan oleh brand modest fashion yang spesifik menggarap pasar muslim atau muslimah. Tetapi juga diluncurkan oleh brand fashion yang mengusung tema kasual hingga fashion batik. 

Dalam waktu kurang lebih satu bulan, mereka harus berjuang memenangkan pasar, untuk menjual koleksi Lebaran mereka sebanyak mungkin. Persaingan tentu menjadi sangat sengit. Berbagai metode promosi digunakan. Ada yang menggunakan sistem pemesanan Pre Order, untuk meminimalisir risiko barang tak terjual. Ada yang membuat paket seragam untuk pasangan maupun keluarga. Ada pula yang memberikan diskon spesial untuk mengejar kuantitas penjualan. 

Berbagai bazar bertebaran dan tak pernah sepi pengunjung. Namun tetap saja, persaingan merek sangat berat. Pasalnya, saat ini semakin banyak merek fashion bermunculan. Para artis dan influencer banyak yang mengeluarkan merek fashion mereka sendiri. Hal ini salah satunya dikarenakan sistem produksi pakaian yang semakin mudah, yaitu bisa dilakukan dengan sistem maklon, dimana brand owner tidak perlu melakukan produksi baju sendiri. 

Sebagai informasi, maklon adalah sebuah sistem dimana suatu merek dapat melakukan produksi barang menggunakan jasa pihak lain. Sistem ini sangat menghemat biaya produksi, karena brand owner tidak perlu memiliki pabrik/tempat produksi, melakukan pembelian mesin produksi atau memiliki tenaga kerja sendiri untuk mengolah produknya. 

Maka dari itu, jangan heran jika produk lokal kini merajalela. Sebuah kemajuan yang sangat baik bagi perekonomian Indonesia. Namun, tantangannya tentu juga menjadi sangat ketat. 

Produk fashion koleksi Hari Raya, pada masa mendekati waktu Lebaran, tak jarang akan dilakukan diskon besar-besaran. Nilai diskonnya tak tanggung-tanggung, bisa mencapai 70%. Penulis sendiri telah menemukan bahwa sebuah baju di Department Store yang sebelumnya diskon 50%, telah berubah menjadi 70% pada H-4 Lebaran atau per tanggal 6 April 2024.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline