"Grilled chicken?" tanya waiter.
"Ya, sini mas... punya saya" jawabku.
Waiter meletakan piring besar berwarna hitam dengan ayam panggang yang dilengkapi taburan kentang di mejaku. Penataannya sungguh cantik dan aromanya sangat harum menggugah selera.
Cekrek. Aku mengabadikan keindahannya dengam ponsel ber-layar retak yang sudah 6 tahun kupakai.
Namun begitu, mungkin foto ini hanya akan kusimpan di galeriku sendiri.
Harganya Rp 89 ribu. Menu makanan utama dengan harga termurah di restoran ini. Harganya setara dengan menu nasi goreng yang tentu saja sudah sering kusantap di rumah. Makanya aku memilih menu yang sedikit berbeda. Meskipun ayam pun sering menjadi menu keseharianku, tapi setidaknya ini masakan Chef.
Sungguh lucu. Orang memesan makanan bukan memilih makanannya, tapi lihat harganya dulu.
Beberapa menit kemudian pasta milik Dara dan steak daging milik Rosa pun terhidang di meja kami.
Aku jarang makan di restoran mewah seperti ini. Hanya sesekali saja ketika ada perayaan khusus. Entah kapan terakhir kalinya. Makan malam kali ini aku lakukan karena aku dan sahabat kuliahku dulu sudah lama tidak bertemu sejak Covid 19 merebak di Indonesia.
Rosa yang menentukan tempatnya. Dipilih karena lokasinya pas di tengah jaraknya dari lokasi kami masing-masing.