Status saya saat ini masih menjadi pegawai sebuah institusi Negara. Namun saya di rumah sudah hampir 2 tahun. Bukan karena Work From Home (WFH) akibat pandemi. Saya mengambil cuti 2 tahun akibat stres berat di tempat kerja dan sekalian ingin fokus untuk program memiliki keturunan.
(Untuk detil ceritanya, baca juga: Dia Tidak Romantis, Tapi Dia Lakukan Ini!)
Selama 2 tahun ini menjadi waktu bagi saya juga untuk nantinya harus memutuskan apakah saya akan melanjutkan pekerjaan saya atau menjadi ibu rumah tangga.
Tulisan ini juga terinspirasi dari tulisan ibu Johara Masruroh, yang berjudul "Dilema Perempuan Bekerja dan Curhat Lainnya".
Sebenarnya saya sudah lama ingin menuliskan tentang keresahan saya diantara dua keputusan besar ini. Jelas bukan keputusan mudah. Saya lulusan S2.
"Apa kata orang kalau hanya di rumah saja?" pikirku. Apalagi statusku di kantor sebagai PNS, yang saya dapatkan dengan hasil berkompetisi dengan puluhan ribu pelamar.
"Sudah dapat, kok malah mau keluar begitu saja. Apa tidak sayang?" banyak yang bertanya demikian.
Namun nyatanya tidak semudah itu keadaan saya. Dengan memiliki waktu 2 tahun ini, saya menjadi bisa berpikir dengan lebih tenang.
Buat Anda yang masih galau menjadi ibu rumah tangga, semoga ini bisa membantu!
Identitas Baru
Tampaknya identitas sebagai "Ibu Rumah Tangga" tidak menarik dan tidak keren. Kesannya seperti emak-emak berdaster atau ibu-ibu tukang gosip saja. Urusannya beres-beres rumah dan memasak di dapur dan mengurus anak. Lebih keren kalau menyebut diri sebagai PR/humas, akuntan, pengacara, dokter, PNS atau pekerjaan lainnya.