Lihat ke Halaman Asli

Melina

Teknisi Pangan

Lindungi Anak dari Konten "Biru", Kebebasan yang Tabu

Diperbarui: 14 April 2022   05:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi adiksi terhadap gadget. (sumber: pixabay.com/mohamed_hassan)

Semakin dilarang, orang akan semakin penasaran untuk mengetahui hal yang dilarang tersebut. Itulah daya tarik sensor menurut teori Foucaldian.

Dengan melarang dan menekan suatu konten, sensor sebaliknya menghasilkan konten media yang mencerminkan konflik antara ideologi sensor dan ekonomi.

Kenyataannya, konten terlarang beredar dan diperjualbelikan secara bebas di dunia maya, menjadi peluang bisnis bagi segelintir orang. 

Konten "biru" di sini merujuk pada konten pornografi. 

Awalnya, penggunaan istilah "biru" ini diambil dari istilah "Blue Laws", yaitu hukum yang diberlakukan pada kelompok orang yang melakukan kegiatan yang bersifat tabu atau bertentangan dengan moral dan agama, seperti berkata kasar, minum minuman beralkohol, dan berjudi. 

Hukum ini diterbitkan dalam buku yang berjudul General History of Conneticut (1781) dengan sampul biru. Sejak saat itu, hukum ini dikenal dengan sebutan Blue Laws.

Blue Laws. Sumber: adventmessenger.org

Sekedar intermezzo, kalau di China bukan pakai warna biru, tapi warna kuning sebagai istilah halus dari pornografi. Istilah ini menjadi populer akibat pengaruh media dan budaya Barat. 

Pada tahun 1894, Inggris menerbitkan majalah "Yellow Magazine", berisi kumpulan karya sekelompok penulis, yang terkadang mengandung konten yang berkonotasi erotika. 

Kemudian di tahun yang sama, penulis ternama Inggris, O.Wilde, tertangkap karena kasus homoseksualitas. 

Ketika ditangkap, O.Wilde terbukti memiliki majalah "Yellow Magazine" dan novel "The God of Eros" yang kebetulan memiliki sampul berwarna kuning. Kasus ini terbilang cukup sensasional. Dan sejak saat itulah, warna kuning diasosiasikan dengan pornografi dan hal-hal vulgar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline