Lihat ke Halaman Asli

Meliana Dyah DA

Pelajar KKN TIM II UNDIP 2021

Mahasiswa KKN Undip Ajak Warga Desa Tlogomulyo Mengolah Sampah

Diperbarui: 3 Agustus 2021   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa KKN Undip Ajak Warga Desa Tlogomulyo Mengolah Sampah

Tlogomulyo, Wonosobo (03/08) -- Belum meratanya pelayanan persampahan mengakibatkan sampah tidak terkelola dengan baik, terutama di daerah pedesaan yang belum tersentuh pelayanan persampahan. Sampah yang ada biasanya hanya dibuang ke lahan kosong atau bahkan dibiarkan menumpuk begitu saja. Hal ini tentu dapat menimbulkan berbagai masalah yaitu terciptanya vektor penyakit, gangguan estetika dan ancaman pencemaran lingkungan. Begitupun dengan kondisi persampahan di Desa Tlogomulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo. Tidak adanya pelayanan persampahan menyebabkan warga Desa Tlogomulyo membuang dan membakar sampah di lahan terbuka, tentu hal ini akan menyebabkan munculnya masalah lain, yaitu permasalahan polusi udara. Melihat permasalahan tersebut, mahasiswa KKN di Desa Tlogomulyo, Meliana Dyah Dwi Astuti, mengajak warga sekitar untuk mengolah sampah organik menjadi kompos rumahan.

Sosialisasi dilakukan secara daring karena adanya program PPKM level 4 di Kabupaten Wonosobo. Sosialisasi dengan tajuk " Pembuatan Kompos dari Sampah Organik Rumah Tangga dengan Metode Takakura" ini dilakukan melalui platform Whatsapp Group dari kelompok Dawis Flamboyan RT 8 Desa Tlogomulyo. Dalam sosialisasinya Meliana membagikan video pembuatan kompos dengan metode takakura yang telah ia buat (https://youtu.be/70yE5-29e7o) , serta menjelaskan bahwa pengomposan sampah dengan metode Takakura dapat menjadi alternatif praktis untuk mengurangi timbulan sampah.


Pembuatan kompos dengan metode Takakura ini membutuhkan alat dan bahan yang relatif murah dan mudah didapatkan, seperti keranjang baju yang sudah tidak terpakai yang selanjutnya dilapisi kardus, sekam, kompos biasa, kain bekas, larutan EM4 atau MOL, dan sampah organik yang berasal dari dapur dan kebun. Prinsip dari metode ini ialah memasukkan sampah organik setiap harinya kedalam keranjang yang sudah dimasukkan campuran sekam dan kompos, sehingga pengomposan ini tentunya dapat mengurangi sampah organik terutama sampah dapur. Untuk mempercepat pengomposan, sampah juga disiram sedikit dengan larutan EM4 yang dicampur dengan gula dan air dengan perbandingan 1:1:50 setiap hari. Dalam videonya Meliana juga menyarankan agar setiap harinya campuran sampah didalamnya diaduk dan jangan ditekan agar sirkulasi udara dalam sampah tetap terjaga.

Ketua Bank Sampah Dawis Flamboyan, Sri, mengapresiasi kegiatan ini yang menurutnya walau dilakukan secara daring tetapi tetap dapat manfaatnya. "Saya sangat mengapresiasi dan senang sekali dengan kegiatan ini, walau dilakukan secara daring karena ada himbauan pemerintah tetapi saya senang karena ada anak yang peduli dengan lingkungannya" ujarnya.

Pada akhir kegiatan warga yang hadir dipersilahkan untuk mengisi kuisioner terkait evaluasi kegiatan sosialisasi pembuatan kompos tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dikarenakan adanya PPKM Level 4 di Kabupaten Wonosobo.

Oleh : Meliana Dyah Dwi Astuti (Fakultas Teknik)

DPL : Dr. Ir. Yoyok Budi Pramono, S.Pt., M.P. IPM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline