Lihat ke Halaman Asli

Meliana Aryuni

Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Ingat Layar Lebar, Ingat Layar Tancap

Diperbarui: 6 Juli 2023   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Ivy Son/pexels.com/

Adakah yang sudah menonton di tahun '90-an? Ah, kalau ada berarti kita seusia. Saya pikir menonton pada saat itu telah menjadi kenangan berarti banget loh, kenapa? Karena kita merasakan bahwa teknologi makin berkembang dari masa ke masa.

Dalam Kenangan
Pada masa lawas itu, saya ingat layar lebar, yang disebut  layar tancap. Menonton dengan layar tancap ini sering ada di kampung saya pada tahun itu. Warga kampung akan menonton bareng di sebuah lapangan pada malam hari. Kenangan itu masih saja membekas sampai sekarang.

Layar putih berukuran besar itu dipasang di halaman dengan mengikatkan keempat ujung layar ke batang pohon. Para warga kampung berduyun-duyun pergi untuk menyaksikan film yang disajikan. Ketika lampu proyektor menjalankan tugasnya, warga seketika diam menyimak cerita.

Seingat saya tidak hanya sekali pagelaran layar tancap ini dibuat, beberapa kali saya mengikutinya. Beberapa kali juga saya harus mengendap-endap agar tidak ketahuan ayah saya. Sttts ... ayah saya paling tidak suka anaknya keluar malam, tetapi pada masa itu naluri ingin tahu ditambah sikap 'ngeyel' akhirnya saya bisa menonton layar tancap.

Berbekal rasa penasaran dan takut, untuk pertama kali dan beberapa kalinya saya ikut mengentol paman dan bibi yang mau menonton tanpa sepengetahuan ayah saya (saya tinggal bersama mereka). Sayangnya, film yang akan ditonton adalah film-film ngeri, seperti Sundal Bolong, Beranak Dalam Kubur, dan Si Pahit Lidah. Mau tidak mau, suka tidak suka saya ikuti saja. Ketika ada adegan mengerikan, saya akan memalingkan wajah sampai adegan itu berlalu.

Sepertinya hanya film-film mengerikan itu saja yang saya ingat atau mungkin memang hanya film itu saja yang saya tonton. Saya lupa. Namun, kengerian dari film-film itu terasa sampai saat ini.

Di kampung saya, warga yang memiliki TV itu masih bisa dihitung dengan jari. Kualitas gambarnya hitam-putih dengan semut-semut kecil yang mengerumuni. Seingat saya, hanya ada 3 rumah yang memiliki televisi dengan channel terfavorit, yaitu TVRI.

Keseruan Menonton Layar Tancap
Layar tancap menjadi incaran para warga yang tidak memiliki TV seperti kami. Layar tancap menjadi hiburan tersendiri bagi warga kampung. Bahkan keberadaan layar tancap membuat keakraban antara warga dengan warga lain terjalin baik.

Ketika ada pengumuman akan diadakan layar tancap, bibi dan paman saya sudah bersiap-siap. Ada beberapa keseruan yang saya ingat saat menonton di layar tancap itu. Pertama, banyak penonton yang membawa makanan untuk dinikmati bersama saat acara menonton itu. Jadi, di sana menjadi ajang untuk berbagi bekal.

Kedua, para warga membaur, tertawa, marah, dan menangis. Kadang jeritan mewarnai suasana malam itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline