"Sekecil apa pun perilaku bullying kepada orang lain akan membawa dampak buruk kepada orang tersebut sehingga ada baiknya mengatasi perilaku tersebut sesegera mungkin."
Seorang anak menangis sambil melihat ke arah jendela mencari seorang yang dianggapnya mengerti, yaitu sang ibu. Inilah pemandangan yang terlihat sampai hari kedua di kelas ini. Sejak melihat peristiwa itu, naluri saya mengatakan bahwa ada sesuatu dengan bocah ini. Si bocah ternyata telah mengalami rentetan peristiwa yang tidak menyenangkan semasa TK sampai SD.
"Dinda, dulu tidak seperti ini, Bu. Sejak kejadian dia ditusuk pensil oleh teman TK-nya, dia tidak mau ditinggalkan oleh saya." Itulah kiranya penyebab Dinda, si bocah yang saya ceritakan itu.
Anak-anak seperti Dinda sangat banyak di sekitar kita. Dinda hanya salah satu contoh yang ada di depan mata saya. Kejadian seperti itu kerap kali terjadi di dalam kehidupan Dinda. Mulai dari ejekan cengeng dan perilaku menyakitkan lainnya.
Bahkan ulah temannya Dinda membuat pihak orang tua berselisih paham. Begitulah layaknya manusia zaman sekarang. Semua urusan diarahkan kepada uang.
Dinda yang sebenarnya mampu dalam banyak hal, terlihat dari proses KBM, tetapi takut 'bergerak'. Dia merasa tidak 'sebebas' teman-temannya karena pernah dibully dan diejek sehingga membuatnya cenderung menarik diri dan mengandalkan orang tua.
"Kerjakanlah, nanti Mama dimarah kepala sekolah," rengek mamanya Dinda. Memang betul, akan selalu ada guru senior yang siap memberikan wejangan kepada mama Dinda bila kejadian seperti itu muncul kembali.
"Untuk sementara waktu, kita coba latih sedikit-sedikit agar Dinda tidak terlalu bergantung pada Ibu. Semoga, semester depan Dinda sudah benar-benar bisa ditinggal, ya, Bu." Itulah yang saya ucapkan kepada ibunya Dinda di hari kedua.
Di hari ketiga, ada sedikit perubahan dan perubahan itu membuat saya tersenyum. Dinda sudah mulai bisa ditinggalkan dan tidak menangis lagi. Ibunya pun tidak selalu berada di dekat jendela.