Lihat ke Halaman Asli

Meliana Aryuni

Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Resensi Novel Remaja Dear Baba

Diperbarui: 3 Oktober 2022   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi

Judul: Dear Baba
Penulis: Sabrina Putri L
Penerbit: DAR Mizan, 2015
Jumlah Halaman: 180 halaman

Kisah ini bermula saat seorang remaja harus kembali ke Turki mengikuti Baba (ayahnya) yang bekerja di sana. Di Turki Akasma tinggal hanya berdua dengan Baba. Ibunya sudah lama meninggal sewaktu dia masih kecil, yaitu dalam perjalanan ke pertunjukan orkestra yang diikutinya. Ibunya yang pianis handal itu akhirnya kecelakaan bersama temannya. Sejak saat itu Akasma membenci piano dan tidak mau memainkannya.

Kisah Akasma ini sangat menarik. Sikap seorang remaja yang suka berseberangan dengan ayahnya ini seakan betul-betul terjadi dan mengajak saya bernostalgia bersama ayah. Baba yang selalu pendiam, hanya bekerja dan memikirkan kebahagiaan Akasma. Tanpa memikirkan diri sendiri, Baba divonis Leukimia.

Akasma tidak tahu kalau Baba sakit dan Baba tidak memberitahunya. Dia baru curiga saat Hanife Teyze ke rumah dengan membawa banyak obat. Kecurigaan Akasma bertambah saat Baba batuk lama dan terdengar muntah di kamar mandi. Baba yang berusaha menyempatkan diri untuk sekadar melihat Akasma setuju ingin melakukan sesuatu untuk Akasma. Baba takut tidak ada waktu untuk melakukannya. Keadaan demi keadaan dialami Baba jalani. Baginya senyum Akasma lebih dari segalanya.

Di bagian lain, Akasma memiliki teman sekelas yang bernama Zehra. Mereka tampak tidak akur. Diakhir cerita Zehra dan Akasma menjadi sahabat baik dan ternyata Zehra adalah anak teman orkestra ibu Akasma yang ikut meninggal pada bus yang sama.

Ada beberapa hal yang menarik, yaitu setting cerita di Turki. Penulis sepertinya sangat mengenal setting cerita  sehingga saya ikutan terpana karena gambarnya. Kosakata Turki yang disampaikan membuat saya belajar banyak.

Menuju akhir cerita, saya dan anak-anak harus meneteskan air mata. Betapa rasa bersalah membuat Akasma menyesali perbuatannya kepada Baba. Dia ingin membuat Baba bahagia. Dengan penuh perjuangan, Akasma berhasilnya tampil di orkestra ibunya dulu dan Baba menyaksikan pertunjukannya itu.

Sebenarnya, buku ini diperuntukkan pada anak remaja. Kata-katanya terasa begitu berat. Namun, bila mereka mengikuti dari awal, mereka tidak mau ketinggalan kisah di bab lainnya. Anak-anak menikmati kisah di dalamnya meskipun berbagai pertanyaan sering mereka utarakan. Namun, tak masalah, sejauh yang saya alami bersama mereka, mereka mengerti setelah saya jelaskan.

Bagi para remaja, buku ini patit dibaca karena mengandung amanah yang baik. Sikap pembangkang yang dimiliki para remaja akan hilang bila membaca kisah Akasma ini. 

"Tak ada orang tua yang benar-benar melakukan kesalahan. Yang ada hanyalah orang tua yang tidak memiliki cukup ilmu untuk memahami keinginan anak-anaknya."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline