Lihat ke Halaman Asli

Meliana Aryuni

Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Toleransi; Boleh Membaur, Bukan Melebur

Diperbarui: 17 April 2022   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexels.com


Kita semua sudah tahu bahwa manusia itu sebagai makhluk sosial. Di mana pun kita tinggal, kita pasti membutuhkan orang lain. Begitupun sebaiknya orang lain terhadap kita.Sebagai makhluk sosial, pastinya kita akan menghadapi orang-orang dari kalangan yang berbeda dengan kita. Baik itu suku, ras, atau agama. Bahkan dalam satu pemukiman kita bisa menemukan hal seperti itu.

Di perumahan yang saya tempati sekarang tidak hanya dihuni oleh orang Islam saja. Ada juga orang Kristen dan konghucu. Tepat di seberang jalan rumah saya, tinggal satu keluarga Kristiani, yang berasal dari suku Batak.

Di waktu senggang, kami sering mengobrol. Anak-anaknya kami pun sering bermain bersama. Jadi, secara perilaku kami menyikapi mereka sama dengan tetangga muslim lainnya. Itu merupakan bentuk nyata hak sosial terhadap tetangga nomuslim.

Sebenarnya, sewaktu kuliah memiliki teman kuliah yang berbeda agama, yaitu Kristen dan Konghucu. Dia sering bertanya tentang Islam dan berdiskusi banyak hal tentang permasalahan yang ada. Kali ini pun saya menghadapi tetangga yang berbeda agama dan itu bukan suatu masalah.

Seperti yang saya yakini dan pelajari, seseorang yang berbeda keyakinan dengan kita bukan pun memiliki hak, yaitu hak bertetangga. Jadi, mereka pun diperlakukan sama seperti kita memperlakukan tetangga kita yang lain. Jika mereka sedang mengalami kesulitan, maka kita bisa membantunya.

Pergaulan antara orang yang berbeda keyakinan dengan kita pun dialami oleh rosulullah saw. Beliau adalah manusia yang terbaik dalam memperlakukan kaum yang berkeyakinan berbeda dengan beliau. Seorang Yahudi buta pernah disuap oleh rosulullah saw. Beliau tidak memandang agamanya, tetapi kebutuhan yang diperlukan oleh orang tersebut. Oleh karena kemuliaan beliau, hidayah memasuki hati si Yahudi tanpa paksaan.

Bertetangga dengan orangyang berbeda keyakinan itu sama seperti bertetangga dengan muslim. Mereka tidak berhak disakiti. Berbagi makanan sangat bisa dilakukan, misalnya berbagi dogan yang kebetulan ada di depan rumah saya.

Selain memperhatikan hak sosial kepada mereka, kita pun harus tahu bahwa ada prinsip yang tidak bisa dilanggar. Pertama, prinsip keyakinan dan kebenaran suatu agama yang kita anut. Prinsip 'Untukmu agamamu dan untukku agamaku.' Prinsip ini harus dipegang kuat sehingga untuk urusan keyakinan, kita tidak boleh mengacak-acaknya. Biarkan mereka beribadah dengan keyakinannya dan kita dengan keyakinan kita.

Kedua, prinsip untuk tidak mengikuti atau mengucapkan selamat pada perayaan hari besar. Ini bukan suatu hal yang melanggar hak bertetangga, tetapi ini adalah bagian dari keyakinan. Jadi, bila tetangga itu tidak mengucapkan selamat Idul fitri kepada kita, maka kita tidak perlu marah karenanya. Begitupun sebaliknya.

Saya yakin pengetahuan tentang toleransi beragama ini harus dipelajari dan diketahui oleh semua agama. Dengan demikian, ketenangan dan ketentraman dalam hidup akan dirasakan oleh siapa saja. Toleransi beragama tanpa menyudutkan agama lain itu penting. Asal tahu mana yang menjadi prinsip dan mana yang  memang longgar untuk diterapkan seperti perilaku-perilaku sosial pada umumnya; boleh membaur, bukan melebur.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline