Lihat ke Halaman Asli

Meliana Aryuni

Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Bercanda yang Baik, Bagaimana Melakukannya?

Diperbarui: 29 Maret 2022   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexels.com

Kisah pagelaran Academy Award ke-94 ternyata menyisakan banyak cerita. Cerita yang masih viral adalah apa yang dilakukan antara Will Smith dan Chris Rock di panggung acara itu, ya. Yang ingin saya bahas bukan viralnya cerita Smith dan Chris, tetapi secara umum tentang berbicara di  apalagi di muka publik.

Semua orang suka hiburan, termasuk bercanda. Saya pun suka bercanda. Saya pikir setiap orang pasti pernah bercanda. Tak mungkin banget 'kan bila rumah tidak pernah terdengar tawa dan canda. Namun, bercanda pun ada aturannya. Jangan sampai isi candaan kita membawa bencana atau kecelakaan bagi diri kita atau orang lain.

Becanda kadang sering digunakan seseorang untuk mencoba menguasai suasana. Biasanya dilakukan oleh figur masyarakat saat tampil di muka umum. Kadang ada yang bercanda dengan tujuan menyindir seseorang atau kejadian. Bahkan ada yang bercanda karena sudah terbiasa bercanda sehingga candaan akan keluar dengan sendirinya.

Candaan sering membuat kita tersenyum, tergelak, sampai terpingkal-pingkal, tetapi ada juga yang isinya terasa 'garing' sehingga suasana berubah menjadi membosankan. Oleh karena itu, kita harus mengerti bagaimana cara bercanda yang baik.

Pertama, bercanda itu bukan diniatkan untuk menyindir seseorang. Kebanyakan candaan yang menyindir seseorang bukanlah disebut candaan. Bercanda itu ada tempat dan waktunya. Ketidaktepatan keduanya hanya akan membuat bumerang di dalam diri.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)." (QS Al-Hujurat:11).

Kedua, selalu belajar mengontrol ucapan sehingga apa yang keluar dari mulut bukan sekadar candaan yang melenakan atau sesuatu yang menyakiti orang lain. Ingat bahwa setiap perkataan akan minta pertanggungjawabannya kelak di akhirat.

"Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa, celakalah!" (HR Abu Dawud).

Ketiga, belajar memahami siapa yang diajak bercanda. Mungkin saja orang yang diajak bercanda itu tipe serius, sehingga hati-hati dia akan tersinggung dengan candaan kita. Emosi seseorang sering kali tersulut hanya karena candaan.

Keempat, tahu waktu dan tempat untuk bercanda. Hei, enggak mungkin 'kan orang yang sedang ngantuk-ngantuknya kamu ajak bercanda? Bisa-bisa kamu dimarah. Stop deh! Jika kamu lakukan itu, maka tanggung aja risikonya.

Kelima, koreksi candaan yang telah kamu lakukan. Bila perlu, kamu bisa meminta pendapat orang lain terhadap isi candaanmu. Pekalah! Jika hatimu merasa tidak nyaman setelahnya, maka cepat-cepat deh minta maaf kepada orang yang kamu candai itu. Mungkin saja dia merasa terzolimi karena candaanmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline