Lihat ke Halaman Asli

Meliana Aryuni

Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Rempong Pun Bisa Menjadi Momen Indah Untukku

Diperbarui: 13 Januari 2022   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexels.com

Tahun 2021 memang sudah lewat. Sekarang kita kita sudah berada di tahun 2022. Pastinya kita memiliki harapan pada tahun ini 'kan?

Tahun 2021 memiliki banyak cerita untuk saya. Ada cerita sedih dan senang. Kisah-kisah itu memberi arti tersendiri di dalam diri saya. Namun, melalui event KJOG kali ini saya akan menceritakan satu momen indah 2021 menurut saya.

Bagi saya tahun 2021 adalah tahun rempong sekaligus 'indah'. Rempongnya, kedua anak saya tahun ini sudah bersekolah setelah mendekam di rumah selama pandemi. Saya merasa momen indah itu muncul saat melihat anak-anak memakai seragam, lalu menciun punggung tangan saya ketika berangkat ke sekolah. Menyiapkan bekal makanan dan minuman mereka selama di sekolah menjadi saat-saat yang mendebarkan bagi saya.

Meskipun kegiatan itu terkesan menambah pekerjaan, saya senang melakukannya. Apalagi bila pulang sekolah, dengan antusias mereka menceritakan kegiatannya bersama teman-teman. Anak-anak yang bercerita semua hal yang mereka alami di sekolah, seperti bermain, marahan, dan berbagi makanan. Saat itu menjadi momen yang indah bagi saya sebagai seorang ibu.

Apalagi yang diharapkan seorang ibu selain keterbukaan anak terhadap semua kejadian yang dialaminya. Rasa lelah saya seakan hilang seketika senyuman kegembiraan menghiasi wajah-wajah mereka.

Dengan anak-anak kembali bersekolah, tentu saja kegiatan saya bertambah karenanya. Apalagi tahun ini saya mulai mengaktifkan kembali kegiatan menulis.

Setiap hari, ada tenggat waktu yang harus saya ingat. Pengaturan jatah menulis dan mengurus keluarga cukup membuat saya kalang kabut karenanya. Memanajemen semua kegiatan agar bisa diselesaikan dalam satu hari merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Target  satu hari adalah menyelesaikan minimal 1000 kata.

Ketika suami harus dinas ke luar kota, saya harus siap dengan kerempongan itu. Saya harus siap membonceng tiga anak dengan motor butut di medan yang membuat jantung saya berdegup kencang. Sampai akhirnya, saya pun mengalami musibah kecil, jatuh dari motor. Saat itu saya sadar bahwa peran suami sangat berarti bagi saya.

Saya baru merasakan perjuangan suami saat mengantar jemput anak. Dia harus berkejar-kejaran untuk tepat waktu mengantar dan menjemput anak-anak, serta bekerja. Pekerjaan yang  saya anggap mudah dan bisa saya lakukan itu kini membekas trauma di hati.

Dari kejadian itu saya sadar bahwa seorang wanita tidak cukup kuat memikul beban hidup seorang sendiri. Dukungan orang terdekat seperti suami akan meringankan tugas yang harus  dilakukan di rumah. Jadi, jangan berlagak jago, hebat, kuat, serba bisa karena sesungguhnya wanita butuh bantuan orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline