Yang ditunggu pun tiba. Sekotak paket dari JNE sudah mendarat di rumah. Tak sabar rasanya ingin membuka, lalu mencicipi isinya. Ah, kue yang sudah lama sekali tidak bisa saya santap.
Saya memesan kue ini jauh banget, dari Bogor melalui toko online. Entah panganan ini asli dari daerah mana, yang penting menurut saya rasanya enak. Yang saya suka dari memesan dari toko online tersebut adalah gratis ongkirnya. Menurut saya promonya menarik sekali. Kebetulan barang yang saya cari ada di sana. Ya, akhirnya jatuh cinta deh.
Dua pangan ini loh yang baru saja sampai. Teman-teman, tahu 'kan kue apa ini? Ya, benar. Kue ini dinamakan kue sagon. Dari dua kue itu, yang mana yang terbuat dari ketan? Tepat sekali! Yang berbungkus plastik bening itu disebut sagon ketan dan yang satunya terbuat dari tapioka. Bagaimana rasanya? Hemmm, menurut saya rasanya enak banget loh.
Sagon ketannya manis, renyah, dan gurih. Sayang sekali, ukurannya terlalu mungil untuk mulut saya. Sagon tapioka yang dibentuk bulat seperti koin ini juga enak loh. Cita rasanya manis, gurih, dan rasa kelapa yang khas menjadikan sagon ini begitu istimewa dan lumer di mulut saya.Kedua panganan ini terbuat dari bahan utama tepung, yaitu ketan dan tapioka. Bahan yang lainnya sama, yaitu gula, kelapa, garam, dan vanili. Jadi, sekilas rasa keduanya memang sangat mirip, hanya saja khas tepung tapioka yang lengket akan berbeda dengan tepung ketan saat sudah berada di mulut.
Beberapa tahun yang lalu, saya pernah membuat sagon tapioka tanpa oven. Saya hanya mengandalkan teplon jadul. Untuk vanili, saya ganti dengan daun pandan yang disanggrai bersama kelapa parut. Harumnya lebih enak pakai pandan, itu sih menurutku. Namun, lebih praktis pakai vanili. Ah, bagi saya, yang alami itu tetap nomor satu.
Apakah pakai teplon membuat sagon saya berhasil? Tentu saja dong, rasanya juga enak. Enggak kalah dengan yang saya makan ini. Bedanya, yang ini rapi dan sagon buatan saya bentuknya amburadul dan tidak begitu renyah. Namun, anak-anak suka dan dengan senang hati menghabiskannya.
Dari kreasi itu, ternyata saya pun bisa membuat panganan ini. Rasa malas, enggak mau ribet, dan sok sibuk sehingga membuat saya mencari alternatif membeli di toko online.
Belanja sederhana barang-barang seperti ini tidak hanya membantu saya dengan mudah mendapatkan makanan yang saya inginkan, tetapi membantu para pelaku bisnis UMKM berbasis masyarakat. Selain itu, jasa pengiriman, termasuk JNE pun akan mendapatkan keuntungan untuk mendapatkan pelanggan.JNE salah satu jasa pengiriman pada toko online tersebut sangat membantu UMKM yang ada di sana. Seperti halnya toko-toko yang menyediakan makanan jadul seperti ini. Harganya pun bervariasi. Mulai dari hari harga kaki lima sampai kelas restoran pun ada. Tinggal pilih dan sesuaikan dengan dompet Teman-teman, ya.
Jika Teman-teman ingin mencicip atau sekadar tahu rasa dari sebuah panganan jadul, dengan uang 10 ribu pun sangat bisa dilakukan ditambah gratis ongkir pada akhir bulan. Tinggal masukkan barang ke keranjang, pilih pengiriman (direkomendasikan JNE), bayar, dan selesai. Selanjutnya, tunggu deh si kurir memanggil dari depan pintu pagar.