Lihat ke Halaman Asli

Meliana Aryuni

Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Impian Naya

Diperbarui: 17 September 2021   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olah canva (Koleksi pribadi)

"Ibu tahu, Nak. Cita-citamu begitu tinggi. Menjadi seorang guru itu mulia, tetapi Ibu belum bisa membantumu," ungkap Bu Risma, ibu angkat Naya.

Kilasan peristiwa yang menyedihkan kembali teringat oleh Naya. Seketika wajahnya berubah murung. Dia tidak ingin menyusahkan keluarga bu Risma yang telah banyak membantunya.

Bu Risma adalah guru honorer di SDN 1 Desa Merona. Suaminya pun honorer penjaga sekolah di sana. Naya sudah 9  tahun tinggal bersama dengan keluarga bu Risma, setelah dia kehilangan kedua orang tuanya akibat kebakaran rumah.

Rumahnya terbakar karena  racun nyamuk menyulut gordeng pintu kamar ayah dan ibunya. Kebakaran itu menyebabkan seluruh rumahnya habis dimakan api. Beruntung, Naya masih bisa diselamatkan oleh bu Risma, tetangga sekaligus sahabat guru ibunya.

Malam itu bu Risma hendak mengantarkan surat tugas yang dititipkan kepala sekolah untuk ibunya Naya. Dia baru ingat bahwa surat itu harus dibawa ibu Naya waktu ujian besok di kota. Setelah salat Isya, bu Risma berangkat ke rumah ibunya Naya.

Belum sampai di rumah Naya, bu Risma terkejut saat melihat api sudah berkobar dan memakan separuh bangunan rumah papan itu. Segera saja beliau berteriak meminta tolong.

"Naya! Naya! Aku akan selamatkan Naya!" ucap bu Risma tegas sambil masuk ke bagian rumah yang belum terbakar. Bu Risma tahu persis di mana letak kamar Naya. Dia sering main ke rumah itu. Rumah itu sudah dianggapnya seperti rumah saudaranya sendiri.

Kamar Naya belum tersentuh api, segera saja bu Risma masuk ke kamar itu. Dilihatnya Naya sedang menangis dengan tangan merangkul kedua lututnya. Napasnya tersengal karena asap yang mulai masuk ke hidungnya.

Dengan sekuat tenaga, bu Risma menggendong gadis berusia 8 tahun itu. Naya selamat. Namun, tidak ada yang bersisa dari rumah itu. Kedua orang tuanya tidak bisa diselamatkan. Mereka meninggal ketika akan dibawa ke rumah sakit. Tinggallah Naya sebatang kara. Kedua orang tuanya adalah perantau. Ibunya bekerja sebagai guru honorer di desa itu.

Naya terpaku mengingat kejadian yang sering masuk dalam mimpinya. Meskipun dia merasakan sedih, dia harus bisa menjalani hidup tanpa kedua orang tuanya. Kemandirian Naya sering diuji berkali-kali.

"Naya, Ibu pikir kamu bisa mewujudkan keinginanmu, Nak!" ujar bu Risma, yang tiba-tiba mengejutkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline